Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menganggap perlu adanya penyekatan di jalur tikus yang jadi perbatasan antar provinsi terkait larangan mudik Lebaran 2021. Meski beitug, ia meminta agar penyekatan itu jangan seolah menghadapi musuh.
"Perlu, perlu (penyekatan jalan tikus). Makanya kemari kita sudah rapat dengan bupati wali kota di Musrembang agar disiapkan. Di Musrenbang kita omongkan lagi di level kabupaten kota turun. Setelah kepolisian cek rest area, Pak Kapolda sudah keliling beberapa titik untuk siapkan perbatasan, kita minta sekarang yuk jemput kabupaten/kota perintahkan camat, kades, lurah sehingga wilayah kecil bisa disiapkan," kata Ganjar kepada detikcom di kantornya, Semarang, Jumat (16/4/2021).
Segala persiapan untuk menegakkan aturan larangan mudik, lanjut Ganjar, jangan dibuat seolah sedang menghalau musuh. Oleh sebab itu, Ganjar berharap pada sosialisasi kepada masyarakat karena saat ini masih masa pandemi virus Corona atau COVID-19.
"Tapi itu semua kan seperti seolah-olah kita mau menghadapi musuh, jangan. Maka kita mesti mengajak teman-teman yang mau mudik untuk edukasi bahwa ada potensi bahaya. Jangan sampai COVID-nya meningkat. Saya kira dua hal ini musti dilakukan. Jadi dari satu secara teknis kita siapkan, yang kedua sosialisasi jangan berhenti," ujarnya.
Ganjar mengatakan belum ada data pasti terkait mana saja jalan tikus yang dimaksud. Titik-titik penyekatan itu, kata Ganjar, kini masih akan dicek.
"Karena seperti travel kadang punya jalan sendiri, kemudian dia menggunakan aplikasi atau pengalamannya sendiri, jadi kita belum dapat sampai detail. Semoga menjelang waktu dekat (masa larangan mudik) sudah didapatkan, " ujarnya.
Ganjar menjelaskan hari ini meminta jajaran Dinas Perhubungan Jateng untuk mulai mencatat peningkatan jumlah bus yang masuk ke Jawa Tengah, terutama dari Jakarta. Karena Ganjar sempat membaca berita terkait 10 ribu pemudik yang sudah datang ke Tegal.
"Kemarin saya baca di media kok ada info 10 ribu pemudik datang di Kota Tegal. Ternyata setelah kita cek itu memang pekerja yang setiap weekend mulih (pulang). Ini emang kerjanya ke sana. Jadi itu tiap minggu pulang," katanya.
Untuk edukasi soal larangan mudik, Ganjar menganggap kasus COVID-19 yang melonjak gila-gilaan di India bisa jadi contoh. Hal serupa mungkin saja terjadi jika mudik tidak dilarang.
"(Kasus di India) Bisa jadi pertimbangan. Itu karena acara keagamaan dan karena acara politik, agak mirip sih ya sama kita. Dan itulah jadi peringatan kita semuanya. Saya membaca berita dan mendapat informasi dari teman pakar juga bahwa kejadian di India betul kita jadikan contoh. Kadang kita lengah," pungkas Ganjar.
Simak video 'Ganjar Sarankan Ombudsman Lakukan OTT':