Seratusan siswa di SMK Pelita Bangsa, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah dilaporkan menunggak pembayaran sekolah. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan 174 siswa yang menunggak tersebut tetap mendapatkan ijazahnya.
"Ini ada fotonya, ini barusan selesai. Jadi yang kemarin tidak bisa (membayar) di Sragen, SMK Pelita Bangsa, per hari ini di Kantor Kecamatan Sumberlawang telah diserahkan 174 ijazah kepada perwakilan siswa," kata Ganjar saat ditemui di rumah dinasnya, Semarang, Senin (22/3/2021).
Ganjar menyebut operasional sekolah swasta yang terganjal tunggakan merupakan urusan internal dan manajemen pihak sekolah. Ganjar menegaskan sudah ada bantuan operasional sekolah daerah (Bosda) dan bantuan untuk para siswa lewat beasiswa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bantuan kita berikan ke siswa, bukan ke sekolah. Kalau sekolah biasanya bantuannya berupa sarana prasarana. Maka sebenarnya, setiap sekolah ditantang betul-betul untuk bisa mengelola sekolah dengan baik," jelasnya.
Ganjar mengakui mengelola sekolah swasta tidak mudah. Ganjar lalu teringat pengalaman siswa sebuah sekolah swasta yang menunggak biaya sekolah dan harus dibantu untuk menebus ijazahnya.
"Beberapa kali pengalaman saya, saya nebusi ijazah, bayari tunggakan-tunggakan itu. Ada beberapa sekolah yang kompromi, dikasih diskon 50 persen. Tapi ada sekolah yang bayar sepenuhnya. Ya saya kumpulkan, itu dari saya kepada mereka," terang Ganjar.
Ganjar meminta seluruh sekolah di Jawa Tengah, khususnya swasta melakukan pendataan kepada siswanya. Jika ada siswa yang tidak mampu, dia minta untuk diupayakan mendapatkan bantuan beasiswa.
"Bisa dengan beasiswa atau sebagainya. Maka sekolah wajib mendata itu," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, SMK Pelita Bangsa Sragen sejak 2014 ada tunggakan dari siswa dengan total jumlah sekitar Rp 174 juta. Sekolah tersebut kelimpungn dalam operasional namun mereka tidak menahan ijazah para siswa.
"Sekolah tidak pernah menagih. Karena mayoritas siswa yang masuk sekolah kami mayoritas tidak mampu secara ekonomi, makanya pihak sekolah memberikan keringanan. Pihak sekolah hanya bisa berdoa saja, " kata Kepala SMK Pelita Bangsa Sumberlawang, Andi Kusnanto, kepada detikcom, Jumat (19/3).
Andi menyebut ada ijazah yang masih disimpan sekolah atas keputusan siswa sendiri. Hal itu karena siswa sungkan belum melunasi tunggakan uang sekolahnya.
"Karena orang Jawa ya, mereka mungkin merasa pekewuh (tidak enak hati). Akhirnya banyak yang memilih menitipkan ijazahnya di sekolah. Sekolah tidak pernah menahan ijazah mereka, banyak yang ketika mereka butuh ijazah untuk bekerja, sekolah pasti memfasilitasi bahkan mengantarkan ijazah mereka," ujar Andi.
"Tahun 2017 jumlahnya masih sekitar Rp 250 juta. Kemudian banyak siswa yang sudah bekerja kemudian berinisiatif untuk membayar ke sekolah," imbuhnya.
(ams/sip)