Kelompok difabel Boyolali yang tergabung dalam Sriekandi Patra terus berusaha berkarya dengan membuat kain batik. Hal ini dilakukan untuk bertahan di tengah masa sulit akibat pandemi virus Corona atau COVID-19 ini.
"Kami tetap terus berkarya membatik di masa pandemi Corona ini," kata pengelola Sriekandi Patra, Siti Patimah, ditemui di workshop Sriekandi Patra, Desa Tawangsari, Kecamatan Teras, Boyolali, Rabu (17/3/2021).
Siti mengatakan pandemi COVID-19 yang sudah berlangsung sekitar satu tahun ini berdampak pada omzet maupun produksi kain batik tulis yang dikerjakan para difabel tersebut. Sebab, pihaknya mengalami penurunan pesanan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sriekandi Patra merupakan kelompok difablepreneur, yang mendapat pendampingan dari program CSR di Boyolali. Saat ini ada empat difabel yang masih tergabung dalam Sriekandi Patra dan terus berkarya dengan membuat kain batik.
"Ya, alhamdulillah sedikit-sedikit di masa pandemi (Corona) ini ada saja pesanan-pesanan kain (batik) dari pihak luar," jelas Siti.
Siti mengatakan, di masa pandemi ini pihaknya sebagai pengelola terus berusaha menjaga mood para anggotanya, sehingga terus semangat untuk berkarya. Diakui, kain batik karya teman-teman difabel ini pernah menembus pasar luar negeri, antara lain ke Kanada dan Jepang.
"Iya, dulu kita pernah hasil dari teman-teman di Sriekandi Patra pernah mendapat pesanan dari luar negeri juga. Dari Kanada ada, dari Jepang juga ada," imbuhnya.
![]() |
Namun, kini pihaknya hanya memproduksi untuk pasar lokal saja. Untuk motif batik yang dikerjakan antara lain anyaman bambu memakai kuas, motif bunga, motif daun.
"Kita di masa pandemi terus berupaya bertahan dengan menjaga mood mereka. Kalau dari ibu-ibu bisanya cuma menyemangati," ujar Siti.
Sementara itu salah satu difabel pembatik di Sriekandi Patra, Darmawan, mengatakan di masa pandemi Corona ini penjualan kain batik tidak selancar sebelum pandemi. Omzet pun mengalami penurunan.
Karena permintaan berkurang, jam operasional mereka membatik juga dikurangi. Mulai pukul 09.00 sampai 12.00 WIB, setiap hari Senin sampai Jumat.
"Tidak selancar dululah, jam operasionalnya juga dipangkas. Terus juga kunjungan-kunjungan juga jarang. Kalau dulu sebelum pandemi, satu bulan bisa 2 kali 3 kali (ada kunjungan ke workshop), ini cuma terbatas lah. Senang, bisa diapresiasi juga karya kami kalau ada kunjungan, bisa banyak ilmu juga, sharing-sharing," kata Darmawan.
(rih/ams)