Sosok dr Cipto Mangunkusumo menjadi salah seorang tokoh penting dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia bersama dengan Ki Hajar Dewantara dan Ernest Douwes Dekker. dr Cipto yang dikenal bagian dari tiga serangkai itu lahir di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Seperti apa jejaknya di Jepara?
Budayawan Jepara, Hadi Priyanto, menilai sosok dr Cipto Mangungkusumo kurang mendapatkan tempat khusus di kota ukir. Menurutnya sosok Cipto masih kalah tersohor di Jepara jika dibandingkan dengan RA Kartini.
"dr Cipto Mangunkusumo terabaikan di Jepara, kota kelahirannya. Ini berbeda dengan RA Kartini yang mendapatkan tempat khusus di kota kelahirannya. Pahlawan nasional dr Cipto Mangunkusumo jejaknya justru samar dan nampak terlupakan di kota kelahirannya, Pecangaan," kata Hadi saat dihubungi detikcom, Selasa (9/3/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hadi mengatakan banyak literatur bahwa dr Cipto lahir di Jepara. Tepatnya di wilayah Kecamatan Pecangaan, Jepara.
"Dalam buku berjudul dr Cipto Mangunkusumo yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1992 dituliskan penuturan Mangunkusumo, ayahanda dr Cipto Mangunkusumo tentang kelahiran putra pertamanya kepada Badariyah, anak ke empatnya," jelasnya.
Dia menjelaskan dr Cipto memiliki seorang ayah yang merupakan keturunan dari Kasultanan Yogyakarta. dr Cipto merupakan anak dari Mangunsastro seorang guru agama di Desa Pancarosa, Ambarawa yang kini menjadi Desa Kupang.
"Cerita itu dituturkan tahun 1930 sesaat sebelum Mangunkusumo wafat. Mangunkusumo adalah keturunan priyayi dari Kasultanan Yogyakarta. Ia adalah anak Mangunsastro, seorang guru agama di Desa Pancarosa, Ambarawa yang kini menjadi Desa Kupang tempat persemayaman terakhir dr Cipto Mangunkusumo," tutur dia.
"Kakeknya adalah Mangundiwiryo seorang Demang yang dengan arif bijaksana memimpin Kademangan Pancarosa. Beliau adalah keturunan priyayi berpangkat bupati bernama R Mangundipuro yang kemudian memilih meninggalkan Yogyakarta, mengikuti perjuangan Pangeran Diponegoro. Mangunsastro kemudian menyekolahkan Mangunkusumo ke sekolah kelas dua untuk bangsa bumiputera," sambung Hadi.
Mangungkusumo kemudian diangkat menjadi mantri guru atau kepala sekolah di Pecangaan yang masuk di wilayah karesidenan Jepara pada 1884. Di sanalah ayah dr Cipto berkenalan dengan Raden Ayu Suratmi putri seorang kasir pabrik gula Mayong bernama R.M. Sutodijoyo.
"Setelah lulus Mangunkusumo, melanjutkan sekolah guru di Ambarawa dan setelah itu diangkat menjadi guru di 2 de Inlandsche School (Sekolah Kelas Dua untuk Bangsa Bumiputera) di Ambarawa," terangnya.
"Pada akhir tahun 1884 Mangunkusumo diangkat menjadi mantri guru atau kepala sekolah kelas di Pecangaan yang masuk wilayah Karesidenan Jepara. Di tempat inilah ia berkenalan dengan Raden Ayu Suratmi, putri seorang kasir pabrik gula Mayong bernama R.M. Sutodijoyo yang dikenal sebagai tuan tanah yang kaya. Saat RA Suratmi hamil, ia meminta kepada suaminya jika anaknya kelak lahir laki-laki maka ia minta agar dinamakan Cipto, yang artinya adalah ciptaan," sambungnya.
Benar saja, ketika anak yang dilahirkannya seorang laki-laki maka diberikan nama Cipto Mangunkusumo. Kelak kemudian Cipto menjadi salah seorang pejuang saat perjuangan kemerdekaan Indonesia bersama dua rekan lainnya, Ki Hajar Dewantara dan Ernest Douwes Dekker atau yang dikenal dengan tiga serangkai.
"Sebagai seorang kakak tertua, Cipto telah menunjukkan perhatian dan kasih sayangnya kepada kedua adiknya. Namun kebersamaan tiga anak laki-laki ini kemudian dipisahkan tahun 1892. Sebab saat usia Cipto genap 6 tahun ayahnya memilih menyekolahkan anak pertamanya ke Europeesche Lagere School di Ambarawa. Sebab Mangunkusumo ingin memberikan pendidikan terbaik kepada Cipto. Sebab saat itu Pecangaan adalah desa kecil yang pendidikannya belum maju, walaupun Mangunkusumo sendiri menjabat sebagai kepala sekolah," ujar dia.
Hadi menambahkan sebelumnya dari yayasan Kartini Indonesia menginisiasi untuk menggelar haul yang ke-81 dr Cipto Mangunkusumo secara sederhana di Museum Kartini Jepara, Senin (8/3) malam. Menurutnya kegiatan tersebut sebagai bentuk memperingati perjuangan besar dr Cipto Mangunkusumo bagi bangsa Indonesia.
"Kita semua untuk belajar menghormati para pahlawan yang pernah berjasa dalam pendirian negara ini," tambah Hadi yang juga merupakan Ketua Yayasan Kartini Jepara.
Tonton juga Video: Monumen Jenderal Sudirman Pacitan, Jejak Perjuangan Sang Pahlawan