Belasan Kayu Nisan di Makam Gunungkidul Raib Dicuri, Apa Gunanya?

Belasan Kayu Nisan di Makam Gunungkidul Raib Dicuri, Apa Gunanya?

Aditya Mardiastuti - detikNews
Sabtu, 13 Mar 2021 14:58 WIB
Makam Kiai Merto Karyo yang belasan kayu nisannya hilang di Gunungkidul, Jumat (12/3/2021).
Makam Kiai Merto Karyo yang belasan kayu nisannya hilang di Gunungkidul, Jumat (12/3/2021). Foto: Pradito Rida Pertana/detikcom
Yogyakarta -

Nisan berupa belasan kayu jati kuno di makam Kiai Merto Karyo dan istrinya di pemakaman umum Demang Wonopawiro, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) hilang dicuri. Pakar Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM) menyebut penggunaan kayu jati punya makna untuk menghormati pemilik makam.

"Kayu jati tua memang mempunyai harga jual yang tinggi. Tapi kalau kayu itu dijadikan nisan tokoh yang dipercaya mempunyai kaluwihan (kelebihan) ya dialap (diharapkan dapat) berkahnya," kata dosen Jurusan Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM, Abdul Jawat Nur, kepada detikcom, Jumat (12/3/2021).

Jawat menerangkan dalam falsafah Jawa kayu jati dimaknai sebagai pengingat bahwa manusia pada dasarnya akan mati. Sehingga penggunaan kayu jati sebagai nisan bisa dimaknai sebagai simbol pengingat akan kematian.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kayu jati yang dijadikan nisan sebagai simbol bahwa sejatining manungso bakale mati (sejatinya manusia akan mati). Suatu pelajaran bagi kita agar memahami diri kita yang sejati sebagai manusia. Kita berasal dari Tuhan dan bakal kembali ke Tuhan," jelas dia.

Di sisi lain, penggunaan kayu jati sebagai nisan juga bisa karena menggunakan bahan yang tersedia di daerah tersebut. Jawat menyebut jika orang yang meninggal merupakan tokoh, maka bahan yang digunakan akan semakin berkualitas.

ADVERTISEMENT

"Biasanya pilihan itu berdasarkan bahan baku yang ada di sekitar orang yang meninggal. Jati yang dipakai tokoh masyarakat pada waktu itu adalah jati yang berkualitas super, itu sebagai bentuk penghormatan kepada tokoh yang meninggal," urai Jawat.

Salah seorang ahli waris Merto Karyo, Supardiyono (58), menceritakan makam leluhurnya itu merupakan salah satu tokoh terpandang di daerahnya. Soal pencurian kayu jati kuno ini, kata Jawat, bisa dipercaya untuk digunakan sebagai jimat ataupun motif ekonomi.

"Para pencurinya menganggap kayu jati untuk nisan di kompleks pemakaman itu termasuk kayu bertuah. Di dunia perkerisan banyak yang mencari kayu wunglen, kayu yang ada di makam Sultan Agung karena kayu wunglen dianggap kayu bertuah yang mempunyai energi positif," bebernya.

Peristiwa hilangnya belasan nisan kayu jati kuno bertumpuk itu terjadi pada Rabu (10/3) pagi. Pelaku pencurian nisan kayu kuno itu meninggalkan jejak ban mobil yang kemudian dilaporkan juru kunci makam ke pihak ahli waris.

Selengkapnya soal nisan kayu jati kuno bertumpuk di makam Gunungkidul...

Simak juga 'Arca Kuno Diduga Sebagai Nisan Kubur Ditemukan Pinrang':

[Gambas:Video 20detik]



Salah seorang ahli waris Merto Karyo, Supardiyono (58) menceritakan sedikit soal sejarah leluhurnya. Menurutnya Kiai Merto Karyo dulunya adalah orang yang dihormati di Kalurahan Piyaman.

Supardiyono menyebut makam Kiai Merto Karyo memiliki susunan nisan berupa 9 tumpukan kayu, sedangkan istrinya memiliki susunan 8 tumpukan kayu. Supardiyono mengaku tak tahu pasti soal model nisan yang menggunakan kayu jati bertumpuk. Seingatnya, sejak dia kecil model makam leluhurnya sudah seperti itu.

"Tidak tahu sejak kapannya, karena sejak kecil model makamnya sudah seperti itu. Seingat saya hanya dirombak cungkupnya saja, kalau nisannya sama sekali tidak diubah," ujar Supardiyono kepada wartawan, kemarin.

Salah seorang ahli waris, Supardiyono menunjukkan foto kondisi makam Kiai Merto Karyo sebelum belasan kayu nisannya hilang di Gunungkidul, Jumat (12/3/2021).Salah seorang ahli waris, Supardiyono menunjukkan foto kondisi makam Kiai Merto Karyo sebelum belasan kayu nisannya hilang di Gunungkidul, Jumat (12/3/2021). Foto: Pradito Rida Pertana/detikcom

Dia menduga hilangnya nisan kayu kuno itu untuk dijual ke kolektor ketimbang digunakan untuk jimat. Sebab, dari taksirannya kayu jati kuno itu nilainya mencapai puluhan juta Rupiah.

"Kalau dihitung-hitung secara keseluruhan harga kayunya sekarang bisa sampai sekitar Rp 23 juta," terang Supardiyono.

Diwawancarai terpisah, Kanit Reskrim Polsek Wonosari Iptu Sofyan Susanto mengaku telah mengetahui kejadian tersebut dan mendatangi TKP. Namun, hingga kini belum ada laporan secara resmi ke Polsek Wonosari.

"Belum ada laporan," ucap Soyan secara singkat melalui pesan singkat, Kamis (11/3).

Halaman 2 dari 2
(ams/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads