Ponimin Hadi Raharjo (47) tampak tekun menggoreskan pensil pada papan kanvas yang dia letakkan di lantai. Dengan lincah, dia menggerakkan jemari kaki kanannya untuk menggambar sketsa pemandangan pada kanvas.
Sesekali dia tampak menggeserkan tubuhnya mundur atau ke samping sembari menghela napas panjang. Ponimin lalu mengisahkan awal mula dia akhirnya menggambar dengan jemari kakinya.
"Tangan saya diamputasi karena kecelakaan kerja pada tahun 2015. Saya kena setrum kabel listrik saat bekerja di bangunan," ungkap Ponimin pada detikcom saat mengikuti kegiatan melukis di Sanggar Seni Mewarnai Dunia, di Desa Palar, Kecamatan Trucuk, Klaten, Rabu (3/3/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ponimin bercerita peristiwa itu terjadi kala dirinya selesai memasang keramik di lantai dua. Saat itu dirinya membawa baja holo dan tak sengaja menyentuh kabel listrik.
"Ternyata holonya kena kabel listrik saya tersetrum dan pingsan. Sejak itu tidak bisa menggunakan tangan," sambung Ponimin.
Setelah kedua tangannya diamputasi, kata Ponimin, dia mulai melatih jemari kakinya. Kini, untuk berkegiatan ataupun makan dan minum dia sudah terbiasa menggunakan kakinya.
"Makan-minum dengan kaki tapi kalau menulis sudah tidak pernah. Baru kali ini ikut kegiatan melukis dan ternyata meskipun susah saya bisa," terang Ponimin yang memiliki dua anak.
Tak hanya Ponimin, tampak ada tujuh disabilitas lainnya yang tengah sibuk melukis di sanggar itu, di antaranya ada yang berusia anak-anak, hingga dewasa. Masing-masing mencari posisi ternyaman mereka, ada yang melukis dengan berdiri, duduk, atau bahkan di atas kursi roda.
Salah satunya, Fery Santoso (40), yang mengaku baru dua kali ikut pelatihan melukis di sanggar tersebut. Dia mengaku belum pernah melukis sebelumnya.
"Baru kali ini saya belajar melukis, sudah dua kali ikut latihan. Sebelumnya belum pernah sama sekali," jelas Fery pada detikcom.
Selengkapnya soal kisah masing-masing disabilitas yang berkegiatan di Sanggar Seni Mewarnai Dunia di Klaten..
Simak juga 'Film Inspiratif Penyandang Disabilitas':
Fery, yang kehilangan kedua kakinya hingga sebatas paha karena kecelakaan di kereta itu, mengatakan tidak mudah melukis dengan keterbatasan fisik yang dia miliki. Meski sudah dibantu duduk di kursi roda, dia mengaku sulit menggerakkan tubuhnya saat melukis.
"Kendalanya sulit berekspresi, apalagi mau mengambil cat harus dibantu orang lain. Tapi apapun kita harus tetap berdaya, kalau perlu kita siap pameran dan karya kita dihargai," ucap Fery.
![]() |
Di lokasi yang sama, Ketua Sanggar Seni Mewarnai Dunia, N. Trisno Nugroho mengatakan ada sejumlah disabilitas dari berbagai kecamatan yang bergabung dengan sanggar miliknya. Di antaranya dari Kecamatan Trucuk, Delanggu, Cawas, Pedan, Karanganom, Karangdowo dan lainnya.
"Ada dari berbagai kecamatan, sementara peserta ada 10 orang. Sanggar ini tidak terbatas untuk peserta satu kecamatan tapi bisa seluruh Klaten," terang Trisno pada detikcom.
Trisno mengaku terpantik mendirikan sanggar itu untuk membantu warga disabilitas. Dia berharap sanggarnya itu bisa membantu para disabilitas untuk berkegiatan.
"Kami berharap sanggar jadi wahana berkegiatan dan belajar. Tidak hanya belajar lukis tapi seni dan kegiatan lainnya," pungkas Trisno.