Alfian Fahrul Nabila (18), siswa kelas XI salah satu SMK di Klaten yang dua tangannya diamputasi viral di media sosial. Kedua tangannya diamputasi setelah tersengat aliran listrik saat mengikuti praktik kerja lapangan (PKL).
Namun kondisinya saat ini tak membuat Alfian patah arang. Warga Dusun Dalem, Desa Sawit, Kecamatan Gantiwarno, Klaten, itu bercita-cita memiliki tangan robotik dan bisa jadi ahli komputer.
"Ya inginya pengin punya tangan yang robotik. Biar bisa tetap beraktivitas," kata Alfian saat ditemui detikcom di rumahnya, Selasa (2/3/2021).
Alfian yang didampingi kedua orang tua dan pamannya itu mengatakan keinginannya tersebut juga agar tidak menyusahkan orang lain. Karena dengan tangan robotik yang bisa digerakkan, dia bisa mulai untuk kembali mandiri.
"Ya pengin yang robotik. Bisa digerakkan sehingga bisa berkarya," lanjut Alfian.
Paman Alfian, Purwanto, yang juga juru bicara keluarga menjelaskan, saat perawatan Alfian di rumah sakit pihak keluarga sudah mengupayakan agar kedua tangannya bisa dipertahankan. Tapi dua minggu kemudian akhirnya pilihan sulit datang karena harus diamputasi.
"Dari awal sudah kita usahakan tapi titik akhirnya harus diamputasi. Sebab dua minggu berselang tidak ada perkembangan membaik dan tangan kanan menghitam," kata Purwanto.
Purwanto menjelaskan, tangan Alfian yang diamputasi pertama adalah tangan kanan. Dua minggu kemudian tangan kiri yang harus diamputasi.
"Dua minggu setelah tangan kanan, tangan kiri mulai menghitam, membusuk. Oleh dokter disarankan juga diamputasi sebab jika tidak bisa meracuni jaringan di dalam tubuh," papar Purwanto.
Menurut Purwanto, keponakannya ingin punya tangan robotik yang dari berbagai informasi harganya sampai Rp 400 juta. Saat ini keponakannya itu mulai bangkit dan bisa beradaptasi dengan kondisinya. Berbagai aktivitas dilakukan dengan jari kaki.
"Mulai belajar adaptasi, apa-apa sekarang dengan jari kaki. Termasuk menggunakan HP sampai laptop bisa dengan kaki," imbuh Purwanto.
Selain ingin punya tangan robotik, lanjut Purwanto, Alfian ingin tetap meneruskan sekolahnya ke perguruan tinggi. Bahkan sudah mendaftar penerimaan mahasiswa baru di dua perguruan tinggi.
"Sudah mendaftar kuliah tinggal nunggu seleksi. Satu di UNY jurusan pendidikan teknik informatika dan teknik komputer Undip, sejak dulu ingin jadi ahli komputer," ujar Purwanto.
Sementara itu, Kepala Desa Sawit, Maryadi, mengatakan keluarga Alfian masuk sebagai penerima bantuan sosial pemerintah pusat karena tergolong keluarga tidak mampu.
"Jadi keluarga masuk kategori tidak mampu, ada stikernya di rumah. Dia (Alfian) tidak berharap uang tapi harapannya kalau ada lembaga yang membantu membuatkan tangan robotik itu yang diharapkan," kata Maryadi.