Kampung Pecinan di Pinggiran Sungai Brebes, Hadir Sejak Kerajaan Demak

Kampung Pecinan di Pinggiran Sungai Brebes, Hadir Sejak Kerajaan Demak

Imam Suripto - detikNews
Jumat, 12 Feb 2021 12:14 WIB
Kampung Pecinan di Brebes
Kampung Pecinan di Brebes (Foto: Imam Suripto/detikcom)
Brebes -

Wilayah pantura Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, memiliki beberapa jejak peninggalan kampung China atau pecinan. Komunitas etnis Tionghoa ini mengelompok di pinggiran dua sungai besar, yakni sungai Pemali dan Cisanggarung.

Sejak dulu, sungai merupakan cikal bakal munculnya sebuah peradaban. Termasuk munculnya komunitas etnis Tionghoa di Brebes, juga dimulai dari daerah pinggiran sungai. Ada dua sungai besar yang menjadi saksi lahirnya kampung pecinan, yakni sungai Pemali dan Cisanggarung di Kecamatan Losari.

Kabid Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Parisiwisata (Dinbudpar) Brebes, Wijanarto mengungkapkan kampung pecinan di Brebes terbentuk pasca pembantaian etnis China oleh pemerintah Belanda pada tahun 1740. Saat itu banyak warga Tionghoa melarikan diri ke luar Batavia. Beberapa kota yang menjadi tujuan adalah pesisir Jawa Tengah dan Jawa Timur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pasca pembantaian etnis Tionghoa di Batavia, mereka yang selamat melarikan diri keluar Batavia menuju kota kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kota kota di Jawa Tengah yang dijadikan tempat pelarian mulai dari Rembang, Semarang hingga ke Brebes dan bahkan ada yang ke Cirebon di Jawa Barat," ungkap Wijanarto, Jumat (12/2/2021).

Kampung Pecinan di BrebesKampung Pecinan di Brebes (Foto: Imam Suripto/detikcom)

Etnis Tionghoa yang ke Brebes menetap di pinggir sungai Cisanggarung dan Pemali. Lambat laut, etnis China ini membentuk komunitas yang sekarang dikenal dengan kampung pecinan. Warga Tionghoa yang bermukim di pinggiran sungai ini hidup bersama warga pribumi lainnya. Komunitas ini kemudian membangun klenteng dan rumah rumah toko sebagai tempat usaha.

ADVERTISEMENT

"Etnis China yang lari ini menetap di pinggiran dua sungai itu. Lambat laun menjadi komunitas dan kemudian pada tahun 1860, Pemerintah Belanda di Jawa Tengah mengeluarkan regulasi Wijkenstelsel dengan menetapkan daerah pinggiran sungai Pemali yakni sekarang kampung Gamprit dan Cisanggarung sebagai kampung etnis Tionghoa," paparnya.

Selanjutnya: Tinggal di Brebes sejak masa kerajaan Demak

Lihat juga Video: Berburu Kuliner Sambil Belajar Sejarah Tionghoa di Pecinan Bekasi

[Gambas:Video 20detik]



Khusus di pinggiran sungai Cisanggarung Losari, sambung Wijanarto, sebenarnya sudah ada komunitas etnis China sebelum ada eksodus besar-besaran dari Batavia. Mereka bermukim di pinggir sungai ini sejak zaman kerajaan Demak. Daerah ini pun berkembang menjadi bandar pelabuhan dan pusat aktifitas perdagangan.

"Kampung pecinan paling tua di Brebes itu ada di Losari (pinggir sungai Cisanggarung). Ini sudah ada sejak kekuasaan Raja Demak di mana daerah ini menjadi bandar pelabuhan dan aktivitas perdagangan. Hal inilah yang menjadi alasan kedatangan warga Tionghoa yang menjadi korban tragedi 1740 di Batavia," katanya menambahkan.

Seiring perkembangan zaman, kampung pecinan lambat laun mulai ditinggalkan. Beberapa faktornya adalah karena dampak pembangunan wilayah dan adanya konflik sosial.

Kampung Pecinan di BrebesKampung Pecinan di Brebes (Foto: Imam Suripto/detikcom)

Terakhir, pada 1997, Losari menjadi korban amukan massa anti China di era menjelang reformasi. Banyak warga keturunan Tionghoa yang mengungsi karena banyak toko yang dirusak dan dibakar, termasuk klenteng Losari pun dirusak massa.

"Sebelum era reformasi, warga Tionghoa ini juga mulai meninggalkan kampung pecinan. Peritiwa revolusi sosial dan peristiwa tiga daerah tahun 1965, gelombang anti birokrat pendukung kolonial dan anti-Eropa bergejolak. Aksi tersebut merembet menjadi gerakan anti-China. Mereka mengungsi ke luar Brebes seperti ke Purwokerto dan Cirebon, Jawa barat. Mereka lari menghindari dari aksi anti-China di Jawa," paparnya.

Selanjutnya: areal pemakaman China jadi lokasi hunian

Saat ini, jejak peninggalan warga Tionghoa masih bisa ditemui di beberapa sudut Kabupaten Brebes. Misalnya klenteng, kuburan atau bong China dan rumah toko yang pernah ditempati warga Tionghoa.

"Sayangnya banyak kampung kampung ini yang berubah. Bong kini sudah menjadi permukiman warga dan warga keturunan Tionghoa banyak pula yang sudah naturalisasi. Hanya ada klenteng dan beberapa kuburan China. Contohnya ada di kampung Gamprit Kecamatan Brebes," imbuh dia.

Meski sudah banyak mengalami perubahan, tandas Wijanarto, kampung Gamprit ini masih menyisakan beberapa keluarga yang masih termasuk peranakan Tionghoa. Mereka juga masih menempati rumah rumah di bekas kompleks kuburan China (bong) dan sudah membaur dengan warga pribumi lainnya.

Kampung Pecinan di BrebesKampung Pecinan di Brebes (Foto: Imam Suripto/detikcom)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads