Banyak cara dilakukan untuk berbagi selama pandemi COVID-19, salah satunya adalah gerakan 'nasi estafet' di Yogyakarta. Lewat gerakan ini siapa pun bisa berbagi makanan kepada yang membutuhkan.
Inisiator gerakan 'nasi estafet' Adit Dibyandaru (32) mengatakan ide ini tercetus pada tahun 2019. Pasalnya warga Jalan Kaliurang, KM 6,7 Gang Kalimantan G 30, Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman ini menilai banyak gerakan memberi sedekah yang dilakukan malam hari.
"Awalnya itu Agustus 2019 dan sebatas untuk mempermudah orang-orang saling berbagi. Jadi kan ada beberapa orang yang membuat gerakan sedekah malam, bagi nasi saat malam, kan itu perlu waktu yang benar-benar luang," ucap Adit kepada detikcom, Selasa (9/2/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selanjutnya pria yang memiliki usaha konveksi pakaian ini menginisiasi gerakan sedekah dan meng-upload di akun Instagram @nasiestafet.jogja. Alhasil banyak yang membantu khususnya dalam membuat etalase.
"Etalasenya itu donasi mas, jadi ada beberapa orang rekanan saya, mas aku nyumbang etalase, aku nyumbang sekian nanti dibuatkan etalase. Untuk donasi reguleran saya buatkan nasi bungkus," katanya.
"Nah dengan adanya etalase ini jadi mempermudah. Jadi etalasenya itu tidak bergerak dan ada di situ terus, di tempat strategis dan kalau mau berbagi bisa beli makanan atau minuman lalu taruh di situ (etalase)," imbuh Adit.
Saat ini, kata Adit, ada beberapa etalase nasi estafet yang tersebar di Patangpuluhan, Wirobrajan, Jalan Kaliurang, Gejayan, Giwangan, Candi Gebang, dan Pengok. Etalase ini berfungsi untuk menyimpan makanan yang secara cuma-cuma bisa diambil warga.
"Saya juga sudah memposting semua lokasi etalase di IG @nasiestafet.jogja, jadi pas lewat situ masyarakat bisa meninggalkan bungkusan makanan atau minuman di etalase biar bisa diambil yang membutuhkan," ucapnya.
"Jadi konsep nasi estafet itu berlanjut, seperti estafet. Jadi dari orang yang mau sedekah beli makan di warung makan dan pemilik warung makan dapat income. Ditaruh di etalase dan nanti diambil orang, muter terus seperti itu," imbuh Adit.
Adit juga menerima sedekah berupa uang. Uang yang terkumpul akan dibelanjakan untuk dimasak dan dibagikan di masing-masing etalase.
"Kebetulan nasi estafet ini sampai sekarang cuma saya sendiri yang mengelola, sama ada teman yang bantu masak. Jadi mereka bisa transfer ke rekening saya, khusus nasi estafet nanti dimasakkan dan disalurkan ke beberapa estalase. Jadi setiap hari rolling, setiap hari masak," katanya.
Dia mengatakan hasil masakan dari uang donasi itu akan disebar rata di semua etalase nasi estafet. Sehingga setiap harinya etalasenya tidak pernah kosong.
"Minimal 15 bungkus per etalase, tapi dalam sehari bisa puluhan bungkus," katanya.