Sebuah dusun di pantai utara (pantura) Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, terpisah dengan daratan karena abrasi parah. Dusun itu bernama Kampit, atau lebih dikenal warga setempat dengan sebutan Dusun Simonet.
Dusun Simonet berada di Desa Semut, Kecamatan Wonokerto, Pekalongan ini. Awalnya, dusun ini menyatu dengan daratan. Ada jalan aspal dari Pantai Depok, Kecamatan Siwalan yang menghubungkan Dusun Simonet. Namun, seiring waktu terjadi abrasi sehingga wilayah Dusun Simonet menjadi bak pulau kecil yang terpisahkan dengan daratan.
"Ini situasi kayak gini dari tahun 2005. Sebelumnya jarak rumah ke bibir pantai jauh, kurang lebih ada 500 meter. Diperparah abrasi lagi pada 6 Juni 2020. Tapi kemudian abrasi luar biasa, rumah hancur kena abrasi," kata Ketua RT 14 RW 06 Dusun Simonet, Joyo Kusumo, saat ditemui di dusunnya, Selasa (26/1/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, abrasi terparah terjadi pada tahun 2005. Gelombang air yang tinggi juga membuat jalur aspal terkikis dan hilang. Akses jalan darat pun terputus. Bahkan beberapa rumah terpaksa ditinggalkan penghuninya begitu saja.
Saat ini, rumah itu tampak hanya tersisa puing-puing bangunan yang terbengkalai. Terutama rumah yang berada di dekat bibir pantai.
Dusun Simonet kini memiliki luas sekitar 12 hektare. Terdapat 265 jiwa tinggal di dua RT, yakni RT 14 dan RT 15. Saat ini, warga setempat bergantung dengan alat transportasi laut.
Pantauan detikcom, tampak beberapa rumah warga dengan bibir pantai seakan tidak berjarak lagi. Beberapa rumah terbengkalai sengaja ditinggal pemiliknya karena takut abrasi yang kian parah. Mereka terpaksa mengontrak di Desa Semut yang lebih aman.
![]() |
Salah satu warga Simonet, Sholati (37), mengatakan dirinya terpaksa meninggalkan rumahnya karena takut saat terjadi gelombang tinggi.
"Saya sejak lahir di sini (tahun 1984). Tadinya lokasinya jauh dari air laut. Tadinya hanya mengungsi satu bulan. Tapi melihat rumah ini sudah tidak layak, akhirnya saya mengontrak di Semut," kata Sholati.
"Tidak bisa dipertahankan rumahnya. Kalau gelombang tinggi ya air masuk. Bisa kena di atap," tambah Sholati.
Warga lainnya, Turah (53), sudah sejak tahun 1965 menempati Dusun Simonet. Sebelum abrasi, banyak warga bekerja di lahan tambak dan kebun melati.
"Kalau sekitar tahun gampangannya, ya taun 1965 sudah ada dusun ini. Di sini kan rata-rata petani tambak dan melati tadinya. Setelah terkena abrasi melatinya habis, tambaknya habis. Jadi masyarakat Simonet sekarang hanya memiliki rumah," kata Turah.
Saat ini, akses menuju ke Dusun Simonet hanya dengan menggunakan perahu dari TPI Wonokerto.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya...
Sementara itu, Camat Wonokerto, Esy Pusiana, menjelaskan nama Dusun Simonet sebetulnya bernama Dukuh Kampit. Menurutnya, warga di Dusun Simonet akan direlokasi jika mendapatkan lampu hijau dari Kementerian PUPR.
"Ini pulaunya, Pulau Simonet, berada di sisi utara tanggul. Sudah siap untuk direlokasi. Di daerah yang sama (Desa Semut), tapi letaknya di selatan tanggul," jelas Esy Pusiana di lokasi yang sama.
"Lahan satu hektare sudah disiapkan untuk relokasi warga. Sebagian sudah diuruk. Itu tanah aset desa yang diserahkan ke Pemkab. Lokasinya berada di sisi selatan tanggul," imbuhnya.
![]() |
Rencana relokasi sudah disampaikan ke Kementerian PUPR sejak bulan Mei 2020. Jika disetujui, maka akan dibangun rumah sejumlah KK di lahan relokasi.
"Tahun ini, mudah-mudahan terealisasi. Untuk jumlah rumah, pemerintah membangun sesuai KK, sekitar 70-an," ujarnya.
"Realisasi kita menunggu Kementerian PUPR. Persiapan warga sudah siap secara mental maupun finansial," imbuhya.
Sementara itu, Dandim 0710 Pekalongan, Letkol CZI Hamonangan Lumban Toruan, saat melakukan baksos kepada warga terdampak abrasi mengatakan Dusun Simonet memang sudah tidak layak untuk ditempati. Pihaknya pun siap membantu mengerahkan anggotanya saat relokasi warga.
"Untuk Dukuh Simonet ini sudah tidak laik lagi ditempati, rencana pemkab Pekalongan mau relokasi ke Desa Semut, kita siap membantu dan mendukung pelaksanaan relokasi," jelasnya.