Sejak memasuki fase erupsi tahun 2021, kubah lava Gunung Merapi terus mengalami pertumbuhan. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebut pertumbuhan kubah lava saat ini masih rendah.
Kepala BPPTKG Hanik Humaida menjelaskan setelah memasuki fase erupsi, Merapi kemudian membentuk kubah lava. Lokasinya di sisi barat yakni di lava 1997. Ia menjelaskan saat ini laju pertumbuhan kubah lava mencapai 8 ribu m3 per hari.
"Kubah lava yang sekarang ini pertumbuhan rata-rata 8 ribu m3 per hari. Kalau erupsi 2018 sekitar 3 ribu, ini adalah pertumbuhan kubah lava yang termasuk rendah walaupun ada (magma) yang langsung gugur," kata Hanik ditemui di kantor Pemkab Sleman, Selasa (19/1/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menjelaskan, biasanya rata-rata pertumbuhan kubah lava Merapi bisa mencapai puluhan ribu m3 per hari. Bahkan bisa sampai ratusan ribu m3 per hari.
"Seperti 2006 mencapai 70 ribu m3 per hari. Bahkan setelah gempa (Bantul) bisa sampai lebih dari 120 ribu m3 per hari. Sekarang ini kecil 8 ribu m3 per hari," jelasnya.
Kendati demikian, Hanik tetap meminta agar waspada dengan potensi luncuran awan panas. Walaupun dengan volume kubah lava saat ini luncuran awan panas masih dalam jarak luncur yang pendek.
"Awan panas sekarang jarak luncurnya masih pendek, namun demikian tetap harus diwaspadai," ujarnya.
Hingga saat ini, BPPTKG masih mempertahankan status Merapi di tingkat Siaga (Level III). Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya meliputi sungai Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh maksimal 5 kilometer. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 kilometer dari puncak.
(rih/sip)