BMKG menyampaikan sejumlah daerah memiliki potensi bencana pada Januari-Februari, salah satunya Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang berpotensi mengalami bencana hidrometeorologi. Badan Penanganan Bencana Daerah (BPBD) DIY mengaku telah melakukan berbagai antisipasi terkait hal tersebut.
"Ya, ini kan BMKG kan dia prediksinya terkait curah hujan, bahwa Januari-Februari puncak musim hujan dan infonya DIY masuk waspada terkait dengan ini," kata Kepala Pelaksana BPBD DIY Biwara Yuswantana kepada detikcom, Selasa (19/1/2021).
BPBD pun mengantisipasi potensi bencana terkait curah hujan tinggi yang bakal melanda DIY. Mengingat DIY sempat dihantam Badai Cempaka pada tahun 2018.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi terkait potensi bencana yang diakibatkan oleh hujan, ya kita pengalaman-pengalaman yang lalu karena hujan ekstrem sungai bermuara di selatan dan hilir tidak mampu menampung," ujarnya.
Biwara mengatakan pihaknya telah menyiapkan solusi baik untuk jangka panjang dan jangka pendek terkait imbauan BMKG. Seperti halnya terkait dengan infrastruktur yang terdampak siklon Cempaka sudah selesai dibangun semua.
"Tentu pembangunan karena anggaran dari BNPB maka kemudian memperhitungkan juga potensi terjadinya potensi luapan saat siklon Cempaka. Itu dari sisi upaya supaya kemudian layanan publik dalam bentuk infrastruktur tetap berfungsi," katanya.
"Dari sisi yang lain, tentu sebelum musim hujan kita sudah lakukan checking dengan BPBD dan BMKG untuk mengecek EWS (early warning system) yang dimiliki. Kita juga cek EWS tanah longsor yang dipasang di Kulon Progo dan Bantul. Kemudian EWS untuk banjir, longsor, Merapi karena lahar dingin bisa potensi juga," imbuh Biwara.
Di sisi lain pihaknya juga melakukan edukasi ke masyarakat melalui Forum Risiko Bencana (FRB), Desa Tangguh Bencana (Destana) dan juga melalui lembaga yang ada untuk mengantisipasi jauh-jauh hari potensi-potensi yang bisa terjadi karena musim hujan.
"Kalau di Kota (Yogyakarta) cukup melakukan pengelolaan tanaman di pinggir jalan, seperti pemangkasan pohon untuk mengurangi potensi pohon tumbang karena hujan disertai angin," ucapnya.
Selanjutnya soal peta potensi multirisiko bencana yang disampaikan BMKG...
Diberitakan sebelumnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengingatkan potensi multirisiko bencana hingga Maret 2021. Dwikorita menyebut puncak bencana yang disebabkan oleh cuaca terjadi pada Januari-Februari, bersamaan dengan itu potensi kegempaan meningkat.
"Sampai Maret masih ada potensi multirisiko, tapi untuk hidrometeorologi puncaknya pada Januari-Februari. Tapi seiring dengan itu, potensi kegempaan juga meningkat, mohon kewaspadaan masyarakat," kata Dwikorita dalam keterangan tertulis, Jumat (16/1).
BMKG telah mengeluarkan informasi potensi bencana bersamaan dengan prakiraan musim hujan sejak Oktober 2020. Bahkan sejak awal Januari 2021, sejumlah daerah mengalami bencana banjir dan tanah longsor akibat peningkatan curah hujan.
Begitu pula dengan potensi kegempaan, gempa dengan kekuatan signifikan terjadi di sejumlah daerah. Yang terbaru gempa dengan magnitudo 5,9 yang mengguncang Majene, Sulawesi Barat, pada Kamis (14/1) pukul 13.35.49 WIB.
Sementara itu, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG Dodo Gunawan mengatakan saat ini Indonesia sudah memasuki puncak musim hujan. Masyarakat diminta untuk mewaspadai peningkatan potensi bencana hidrometeorologi.
"Januari-Februari memasuki puncak musim hujan. Karena itu, perlu ditingkatkan kewaspadaan terhadap bencana hidrometeorologi," ucap Dodo.
Berikut ini 13 Provinsi yang berpotensi mengalami banjir menengah pada Dasarian III Januari 2021:
1. Banten
2. Jawa Barat
3. Jawa Tengah
4. DI Yogyakarta
5. Jawa Timur
6. Bali
7. Nusa Tenggara Barat
8. Nusa Tenggara Timur
9. Sulawesi Tengah
10. Sulawesi Selatan
11. Sulawesi Tenggara
12. Maluku
13. Papua