Pandemi virus Corona (COVID-19) yang terus menyebar warga Banyumas, Sabar Suharno (46) ketakutan luar biasa. Dia memagari rumahnya dengan seng dan mengurung keluarganya di dalam rumah. Demi tak tertular virus Corona
Warga Desa Ajibarang Wetan, Kecamatan Ajibarang, Banyumas ini sudah 10 hari terakhir memilih untuk membatasi interaksinya dengan orang lain. Salah satu alasannya ada tetangga dekat rumahnya dan puluhan warga di desanya yang terpapar virus Corona.
"Alasannya tetangga saya selang dua rumah itu ada yang positif. Kalau dulu kan dengar hanya di sana-sana dan sekarang kan jelas-jelas sudah dekat, jadi sudah nyata banget COVID-19, terus dikarantina dua minggu, bahkan warga sini patungan memberi makan. Itu hanya 20 meter dari rumah saya, jadi benar-benar virus Corona itu sudah ada di depan mata, jadi saya harus memproteksi keluarga saya," kata Sabar, Kamis (7/1).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari pendapatan tersebut, kini Sabar melengkapi rumahnya dengan kamera CCTV. Lewat CCTV itu dia akan memantau siapa tamu yang berkunjung ke rumahnya, tak sembarang orang dia terima untuk masuk ke dalam rumahnya. Setidaknya terdapat empat CCTV dari berbagai sudut rumahnya yang berukuran sekitar 12 x 9 meter tersebut.
Pantauan detikcom, rumahnya berada di lingkungan gang sempit dengan kondisi antar rumah yang saling berdekatan. Di sekitar jalan gang tersebut juga terdapat beberapa warga yang lalu lalang melintasi sekitar rumah Sabar.
Bahkan, bukan hanya rumahnya saja yang ditutup seng, terlihat juga jendela kamar yang langsung berhadapan dengan jalan gang tersebut juga ditutup menggunakan seng atau asbes.
Sabar sebelumnya bekerja sebagai tukang sulap keliling selama 12 tahun. Pandemi COVID-19 membuat pekerjaannya sebagai tukang sulap keliling di sekolah sekolah dasar terdampak akibat tidak adanya anak yang bersekolah. Dia sampai menjual semua barang yang ada di rumahnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Karena semua pendapatan ekonominya terhenti, dirinya teringat jika pernah diajarkan temannya membuat konten di YouTube. Hingga akhirnya dia putuskan untuk mencoba membuat konten ramalan menggunakan video yang diupload di YouTube, tak disangka jika saat ini pendapatan dia didapatkan dari YouTube.
"Jadi waktu itu saya sebulan pernah ada gaji Rp 10 juta dari YouTube saja. Karena saya nganggur di rumah, saya buat Channel 5 akhirnya yang hidup 3. Isinya tentang ramalan-ramalan," ucapnya.
Selanjutnya: Izin RT dan tanggapan warga sekitar
"Karena saya ngerasa sudah bisa hidup dari YouTube ini akhirnya saya putuskan untuk menutup rumah (menggunakan seng)," jelasnya.
Sejak awal sebelum dipagar pun, dia membatasi semua aktivitas keluar rumah khusus bagi keluarganya. Jika membutuhkan apapun, dia lebih menyarankan untuk delivery order, apalagi di lingkungannya banyak pedagang yang lewat, sehingga dia merasa tidak kesulitan untuk kebutuhan makan sehari hari.
Over protektif tersebut bahkan sempat membuat anaknya jengkel. Anaknya sempat protes atas sikap Sabar yang tidak mengizinkan anaknya keluar, bahkan untuk menemui temannya yang sudah menunggu di taman kota dekat rumahnya.