Takut Kena Corona, Pria Ini 'Lockdown' Rumahnya Pakai Seng

Takut Kena Corona, Pria Ini 'Lockdown' Rumahnya Pakai Seng

Arbi Anugrah - detikNews
Kamis, 07 Jan 2021 20:24 WIB
Pria Banyumas memagari rumahnya dengan seng karena takut kena Corona. Sabar Suharno (46) memutuskan membatasi interaksi keluarganya selama pandemi Corona.
Pria Banyumas ini memagari rumahnya dengan seng dan me-lockdown keluarganya karena takut kena Corona (Foto: Arbi Anugrah/detikcom)
Banyumas -

Kasus virus Corona atau COVID-19 yang terus menanjak membuat warga Banyumas, Sabar Suharno (46) mengalami ketakutan. Akibatnya, Sabar memilih memagari rumahnya dengan seng dan me-lockdown keluarganya di dalam rumah.

Warga Desa Ajibarang Wetan, Kecamatan Ajibarang, Banyumas ini sudah 10 hari terakhir memilih untuk membatasi interaksinya dengan orang lain. Salah satu alasannya ada tetangga dekat rumahnya dan puluhan warga di desanya yang terpapar virus Corona.

"Alasannya tetangga saya selang dua rumah itu ada yang positif. Kalau dulu kan dengar hanya di sana-sana dan sekarang kan jelas-jelas sudah dekat, jadi sudah nyata banget COVID-19, terus dikarantina dua minggu, bahkan warga sini patungan memberi makan. Itu hanya 20 meter dari rumah saya, jadi bener bener virus Corona itu sudah ada di depan mata, jadi saya harus memproteksi keluarga saya," kata Sabar saat berbincang dengan detikcom di rumahnya, Kamis (7/1/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelum memutuskan untuk mengelilingi rumahnya dengan pagar seng, Sabar mengaku sudah berkonsultasi dengan ketua RT setempat. Setelah mengantongi izin, Sabar langsung memasang pagar meski menuai pro-kontra dari warga sekeliling rumahnya.

"Yang jelas saya sempet minta izin ke Pak RT, intinya tujuannya baiklah, tetangga secara umum baik, ada yang men-support. Ya ada satu dua yang pro dan kontra itu ada, ya saya memaklumi, mereka mungkin tidak paham banget saya. Yang jelas tujuannya baik saling melindungi," ucapnya.

ADVERTISEMENT

Sabar pun mengaku memiliki ketakutan berlebih dengan kasus Corona yang terus menanjak. Dia pun merasa lebih aman setelah memagari rumahnya dengan seng dan membatasi interaksi dengan tetangganya.

"Ada ketakutan berlebihan, yang jelas saya lihat berita, jadi data yang disuguhkan berita saat ini sangat drastis sekali. Tapi masyarakat mungkin karena terlalu sering mendengar itu, ketakutan masyarakat menjadi biasa. Tapi kalau saya nggak, ini malah semakin muncak, apalagi Banyumas juga zona merah, yang jelas tetangga saya kena (COVID-19) di depan mata, berati virus udah di teras rumah saya setiap harinya," ungkapnya.

Sejak awal sebelum dipagar pun, dia membatasi semua aktivitas keluar rumah untuk semua anggota keluarganya. Dia memilih untuk membeli makanan via ojek online (ojol) atau dari pedagang yang lewat di depan rumahnya.

"Yang jelas jarang sekali keluar, kalau butuh apa-apa biasanya anak-anak kan delivery order, terus di sini banyak pedagang keliling, sayur dan macem-macem, jadi saya beli dari dalam seng seja, jadi tidak bingung," ujarnya.

Sabar yang sehari-hari bekerja sebagai tukang sulap keliling dengan penghasilan sekitar Rp 50-70 ribu per hari itu pun ikut merasakan dampak gara-gara sekolah ditutup selama pandemi Corona. Sabar mengaku sampai menjual semua barang-barang di rumahnya untuk menyambung hidup dan memilih tetap berada di dalam rumah.

"Sebelum dipagar saya sudah protektif banget, tetangga sudah dari awal bilang saya over, saya benar-benar lockdown di rumah. Saya merasakan saat awal Corona itu, saking bingungnya saya yang uang Rp 1.000 saja begitu berharga," ucap bapak tiga anak ini.

Saat itulah Sabar terpikir untuk membuat konten YouTube yang berisi ramalan-ramalan. Tak disangka Sabar dan keluarganya kini justru mendapatkan pemasukan dari konten-konten tersebut.

Selanjutnya: cerita Sabar usaha sulap gulung tikar dan jadi berduit gegara YouTube.. Seperti apa kisahnya?

"Awal-awal Corona saya sudah menutup diri tapi tidak seperti ini, waktu itu juga saya tidak ada aktivitas sama sekali yang akhirnya saya memaksakan diri untuk buat konten YouTube setiap hari. Mungkin karena saat itu banyak orang yang di rumah dan mungkin sering pada nonton YouTube akhirnya video saya hanya sebulan itu adsensenya termonitisasi. Tapi sulap saya tidak laku YouTube-nya, malah yang laku itu ramalan tarot, saya ikut ngeramal tentang Corona terus meledak," ujarnya.

"Jadi waktu itu saya sebulan pernah ada gaji Rp 10 juta dari YouTube saja. Karena saya nganggur di rumah, saya buat Channel 5 akhirnya yang hidup 3. Isinya tentang ramalan-ramalan," ucapnya.

Dari pendapatan tersebut, kini Sabar melengkapi rumahnya dengan kamera CCTV. Lewat CCTV itu dia akan memantau siapa tamu yang berkunjung ke rumahnya, tak sembarang orang dia terima untuk masuk ke dalam rumahnya.

"Karena saya ngerasa sudah bisa hidup dari YouTube ini akhirnya saya putuskan untuk menutup rumah (menggunakan seng). Wong saya emang tidak harus keluar rumah, ini semua dari pendapatan YouTube, saya tambah CCTV, jadi kalau ada orang itu saya lihat siapa tamunya, kalau emang orang jauh saya ngomong dari dalam seng saja, kalau masih lingkungan sini saya terimalah," jelasnya.

Sabar pun mengaku sempat diprotes oleh anaknya karena membatasi aktivitas mereka dengan orang lain. Namun, Sabar tetap bersikukuh demi memproteksi keluarganya.

"Saya pokoknya protektif, bagi saya ini tidak akan selamanya, kita bertahan saja dulu, lebih baik karena ini tidak selamanya. Ketika pulang sehabis keluar juga harus pakai hand sanitizer, cuci tangan, pokoknya 3 M itu harus dilakukan, sampai saya suruh mandi dan ganti pakaian sesuai protokol kesehatan," lanjut dia.

Pria Banyumas memagari rumahnya dengan seng karena takut kena Corona. Sabar Suharno (46) memutuskan membatasi interaksi keluarganya selama pandemi Corona.Pria Banyumas memagari rumahnya dengan seng karena takut kena Corona. Sabar Suharno (46) memutuskan membatasi interaksi keluarganya selama pandemi Corona. Foto: Arbi Anugrah/detikcom

Sementara itu, salah seorang pedagang, Kartini mengaku jajanan pasarnya juga kerap dibeli oleh Sabar. Dia pun tak mempersoalkan soal transaksi yang dilakukan lewat pagar seng.

"Biasa sering langganan (jajanan), biasanya juga bagi bagi telur, itu biasanya setiap Jumat. Sudah cukup baik (memproteksi diri) mungkin itu haknya Pak Sabar (memagari rumahnya)," jelasnya.

Halaman 2 dari 2
(ams/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads