BPPTKG Ungkap Aktivitas Gunung Merapi Dominan ke Arah Erupsi Eksplosif

BPPTKG Ungkap Aktivitas Gunung Merapi Dominan ke Arah Erupsi Eksplosif

Jauh Hari Wawan S - detikNews
Senin, 04 Jan 2021 20:43 WIB
Berdasarkan data aktivitas Gunung Merapi di BPPTKG aktivitas Gunung Merapi masih tinggi sehingga status masih dalam tingkat siaga.
Gunung Merapi, Selasa (29/12/2020). (Foto: Agung Mardika/detikcom)
Yogyakarta -

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) terus melakukan pemantauan aktivitas Gunung Merapi yang saat ini berstatus Siaga (Level III). Berdasarkan aktivitas kegempaan Merapi saat ini, BPPTKG menyebut potensi erupsi masih dominan mengarah ke eksplosif.

"Kita evaluasi setiap satu minggu dan per 4 Januari 2020, probabilitas kelanjutan aktivitas ke arah erupsi eksplosif masih dominan," kata Kepala BPPTKG Hanik Humaida melalui siaran Zoom, Senin (4/1/2021).

Ia menjelaskan probabilitas itu muncul berdasarkan assessment terhadap 16 parameter. Baik itu data pemantauan aktivitas Gunung Merapi maupun sejarah erupsi Merapi. Salah satu contohnya, yaitu jumlah gempa vulkanik dangkal (VTB) maupun gempa fase banyak (MP).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan data pemantauan pada periode 25-31 Desember 2020, tercatat 501 kali gempa Vulkanik Dangkal (VTB), 2.403 kali gempa Fase Banyak (MP), 4 kali gempa Low Frekuensi (LF), 343 kali gempa Guguran (RF), 494 kali gempa Hembusan (DG) dan 8 kali gempa Tektonik (TT).

"Intensitas kegempaan pada periode pengamatan 25-31 Desember ini lebih tinggi dibandingkan minggu lalu," jelas Hanik.

ADVERTISEMENT

Dijelaskan Hanik, parameter lain yakni laju deformasi Merapi. Kemudian, sejarah lamanya krisis di Merapi.

"Sehingga apakah dari parameter ini kita prosentasekan sehingga ketemu dominan ke mana (erupsi efusif atau eksplosif). Itu (probabilitas dominan erupsi) berdasarkan data satu minggu," terangnya.

Lebih lanjut, Hanik menjelaskan ada perbedaan energi saat Merapi erupsi pada 26 Oktober 2010 dengan energi pada 1 Januari 2021. Perbandingan energi itu diperoleh dari perbandingan kegempaan vulkanik dangkal dan fase banyak.

"Energi yang ada pada saat ini kalau dibanding dengan energi seismik kita hitung dari seismitas vulkanik dangkal dan MP pada 2010 sudah terjadi erupsi pada akumulasi energi 76 GJ (gigajoule). Sekarang sudah 252 GJ," paparnya.

"Ini besarnya energi yang ada karena total jumlah kegempaan yang ada karena sudah sampai 25.518 sedangkan kegempaan pada 2010 8.894," sambungnya.

Data gas di Merapi juga mengalami peningkatan. Hanik menyebut saat ini SO2 (belerang dioksida) cenderung meningkat mencapai 340 ton per hari. Selain itu, CO2 (karbon dioksida) mencapai 530 ppm. Sementara untuk morfologi puncak juga mengalami perubahan.

"Morfologi puncak mengalami perubahan karena adanya guguran. Saat ini ada peningkatan aktivitas guguran dan energi guguran walaupun belum signifikan," sebutnya.

Hanik menjelaskan, dengan probabilitas erupsi dominan ke arah eksplosif, pihaknya masih mempertahankan radius bahaya sejauh 5 kilometer dari puncak Merapi.

"Berdasarkan skenario dominan eksplosif, maka daerah bahaya belum berubah dan masih sama saat kenaikan status menjadi Siaga (Level III) yaitu jarak maksimum area bahaya 5 kilometer dari puncak," pungkasnya.

(rih/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads