Didi Kempot menjalani proses kreratif sebagai seniman dengan seluruh suka duka sebagai pengamen jalanan hingga menjadi seorang superstar dengan jutaan penggemar fanatik. Sebelum terkenal, lelaki kelahiran Solo pada 1966 tersebut telah kenyang dengan gemblengan pahit-getir dunia seni.
Dia sendiri berasal dari keluarga seniman. Ayahnya, (alm) Ranto Edi Gudel, adalah seniman panggung dan komedian kenamaan. Saudara-saudara Didi juga terkenal sebagai seniman. Sebut saja (alm) Sentot Selino, penyanyi yang pernah melambung dengan lagu 'Joko Lelur' dan 'Anoman Obong'. Saudara Didi lainnya adalah (alm) Mamiek Prakoso, komedian terkenal dari grup lawak Srimulat, dan Eko Gudel yang menekuni seni tari.
Dibesarkan dari keluarga seni, sejak kecil Didi Kempot memang telah memantapkan pilihan sebagai seniman. Musik adalah pilihannya. Semenjak remaja dia memilih meninggalkan Solo untuk mencari penghidupan di Jakarta. Bukan begitu saja Didi Kempot mendapat tempat, di Jakarta dia bergabung dengan kelompok seniman jalanan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada tahun 1998, dia kembali ke Solo dan mengamen di tempat-tempat keramaian di Solo. Namanya mulai dikenal khalayak sejak melemparkan lagu 'Stasiun Balapan' pada 1999. Lagu yang berkisah tentang penantian seorang kekasih itu sangat terkenal, meledak di pasaran.
Dia memilih genre keroncong dangdut untuk mengekpresikan lagu-lagu ciptaannya. Lazimnya, lagu-lagunya dikategorikan sebagai lagu campursari. Hampir semua lagunya berbahasa Jawa, bahasa ibu yang sangat diakrabi dan dipahaminya luar-dalam.
Selanjutnya lagu-lagu Didi mengalir. Banyak karyanya yang menonjol. Salah satu ciri khas ciptaan Didi adalah syair lagunya yang menandai kehadiran di suatu tempat, lalu dia mengelaborasi dengan kemampuan mengarang sebuah pengisahan.
Baca juga: Deretan Lagu Didi Kempot yang Bikin Ambyar |
Selanjutnya: 'The Godfather of Broken Heart' yang punya jutaan penggemar