Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mengungkapkan adanya penurunan aktivitas Gunung Merapi pada periode pengamatan 4-10 Desember. Akan tetapi, BPPTKG menyebut ada perubahan panjang rekahan yang ada di kawah Merapi.
"Terjadi penurunan aktivitas seismik deformasi namun secara jangka panjang masih menunjukkan intensitas yang tinggi," kata Kepala BPPTKG Hanik Humaida melalui zoom meeting, Jumat (11/12/2020).
Hanik menyebut penurunan aktivitas Gunung Merapi ini merupakan hal yang wajar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Aktivitas Merapi yang naik turun suatu hal yang biasa dalam artian untuk gunung Merapi yang sedang mengalami kenaikan aktivitas," jelasnya.
Hanik menjelaskan penurunan aktivitas terpantau dari kegempaan Merapi pekan ini. Tercatat kegempaan Merapi sebanyak 232 kali gempa Vulkanik Dangkal (VTB), 1.692 kali gempa Fase Banyak (MP), 5 kali gempa Low Frekuensi (LF), 256 kali gempa Guguran (RF), 209 kali gempa Hembusan (DG) dan 2 kali gempa Tektonik (TT).
Sebagai perbandingan, kegempaan Gunung Merapi pada periode 27 November-3 Desember tercatat 236 kali gempa Vulkanik Dangkal (VTB), 2.128 kali gempa Fase Banyak (MP), 3 kali gempa Low Frekuensi (LF), 289 kali gempa Guguran (RF), 330 kali gempa Hembusan (DG) dan 11 kali gempa Tektonik (TT).
"Terjadi sedikit penurunan seismik, namun secara umum masih fluktuatif di nilai yang tinggi," jelasnya.
Laju deformasi Merapi, kata Hanik, juga mengalami penurunan. Berdasarkan data BPPTKG, deformasi Merapi yang dipantau dengan menggunakan electronic distance measurement (EDM) pada minggu ini menunjukkan adanya laju pemendekan jarak sebesar 9 cm per hari.
"Laju deformasi juga mengalami penurunan. EDM total pada periode pekan lalu sebesar 74 cm dan pada pekan ini mengalami penurunan 62 cm. Kalau rata-rata per hari 9 cm," paparnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan analisis morfologi area puncak berdasarkan foto dari sektor tenggara tanggal 8 Desember terhadap tanggal 29 November 2020 menunjukkan adanya sedikit perubahan morfologi area puncak. Termasuk dari data drone tanggal 5 Desember 2020 diperoleh gambaran bahwa tidak teramati adanya material baru atau kubah lava baru.
"Teramati perubahan morfologi dinding kawah terutama pada lava 1948 dan 1888 disebabkan proses guguran yang terus terjadi," paparnya.
Ia juga menjelaskan muncul rekahan-rekahan baru yang muncul di kawah. Rekahan itu bentuknya memanjang dan melebar.
"Saat ini rekahan ada yang memanjang dan melebar, ini menunjukkan adanya intensitas guguran. Jadi ada yang tadinya 65 meter menjadi 120 meter. Rekahan baru sekitar panjangnya 70 meter dan 30 meter," ungkapnya.
Kendati demikian, BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada level Siaga. Untuk saat ini, berdasarkan analisis morfologi dan deformasi wilayah barat-barat laut menjadi wilayah yang berpotensi terancam erupsi.
"Aktivitas vulkanik Merapi masih cukup tinggi, sehingga status aktivitas masih dalam tingkat Siaga. Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dan awan panas sejauh maksimal 5 km," pungkasnya.
Tonton video 'BPPTKG: Rekahan di Kawah Gunung Merapi Makin Panjang':