Pemkab Magelang akan memberikan barcode pada hewan ternak milik pengungsi Gunung Merapi. Pemberian barcode tersebut untuk memudahkan dalam pendataan secara cepat dan akurat dengan digitalisasi.
"Kalau hewan ternak ini nanti juga akan ada barcode-nya, punya siapa, di mana, bagaimana kondisinya, diungsikan di pasar mana juga harus jelas. Selain itu, warga juga harus didata melalui digital, pengungsi dari mana larinya ke mana, kebutuhannya apa. Ini yang mesti harus didorong agar kita bisa menangani kalau terjadi erupsi lebih maksimal lagi," kata Bupati Magelang Zaenal Arifin saat Rapat Koordinasi Penanganan Pengungsi Merapi di Ruang Command Center Pusaka Gemilang, seperti dalam keterangan tertulisnya, Kamis (10/12/2020).
Zaenal berharap dengan aplikasi Jannoko yang telah dibuat, bisa mendata semua pengungsi. Kemudian, terkait adanya peningkatan aktivitas Merapi, Zaenal juga berharap tidak ada korban saat erupsi terjadi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita memang tidak pernah tahu rahasia Tuhan dan Merapi itu, tetapi setidaknya kita sudah mempersiapkan terlebih dahulu. Saya harap zero (nol) korban," katanya.
Zaenal juga meminta agar dinas terkait bersama jajaran Forkopimda Kabupaten Magelang dapat meningkatkan serta menjalin sinergitas kerja sama dalam menangani kondisi Merapi.
"Saya mengapresiasi atas dukungan berbagai pihak baik TNI, Polri, BPBD, Satpol PP dan Damkar, Dinas Kesehatan, para relawan dan unsur masyarakat lainnya yang selama ini sudah bersama-sama mendukung Pemerintah Kabupaten Magelang dalam menangani pengungsian Merapi dan pencegahan penyebaran COVID-19. Saya berharap sinergitas dan komunikasi ini dapat terus berjalan dengan baik, untuk bisa bersama-sama dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat," imbuhnya.
Untuk diketahui, para pengungsi Merapi di Kabupaten Magelang berasal dari Desa Paten, Krinjing, Ngargomulyo dan Desa Keningar, Kecamatan Dukun.
Data dari BPBD Kabupaten Magelang per Kamis (10/12) pukul 18.00 WIB, di Desa Paten yakni Dusun Babadan 1 tercatat sebanyak 286 pengungsi dan Babadan 2 ada 133 orang mengungsi di TEA Desa Mertoyudan. Warga dua dusun yang mengungsi tersebut total ada 419 jiwa.
Kemudian untuk Desa Krinjing terdiri dari Dusun Trono ada 24 jiwa, Pugeran ada 42 dan Dusun Trayem ada 53 jiwa yang mengungsi di TEA Deyangan. Untuk ketiga dusun ini total pengungsi 119 jiwa. Berikutnya Desa Ngargomulyo terdiri dari Dusun Ngandong 31 orang yang mengungsi di TEA Tamanagung.
Terakhir, Desa Keningar yang di luar rekomendasi BPPTKG, berasal dari Dusun Gondangrejo ada 32 jiwa di SDN 1 Ngrajek, kemudian Dusun Banaran ada 38 jiwa di rumah Kades Ngrajek.
Adapun total pengungsi yang ada saat ini 639 jiwa yang mengungsi di 6 titik pengungsian. Kemudian, untuk hewan ternak sampai saat ini belum diungsikan.
(rih/ams)