Ditanya Program untuk Eks Napiter, Bagyo Sebut-sebut Sunan Kalijaga

Debat Pilkada Solo

Ditanya Program untuk Eks Napiter, Bagyo Sebut-sebut Sunan Kalijaga

Tim detikcom - detikNews
Kamis, 03 Des 2020 21:55 WIB
Bagyo Wahyono-FX Suparjo mengikuti debat pamungkas Pilkada Solo, Kamis (3/12/2020)
Debat putaran kedua Pilkada Solo, Kamis (3/12/2020). (Foto: dok Tangkapan layar YouTube KPU Solo)
Solo -

Dalam salah satu sesi pada debat putaran kedua Pilkada Solo malam ini, program untuk eks narapidana kasus teroris (napiter) menjadi salah satu bahasannya. Saat ditanya soal program untuk eks napiter, Calon Wali Kota Solo Bagyo Wahyono kembali menyampaikan soal rencana 'Rembug Kota Solo' dan menyebut nama Sunan Kalijaga.

Awalnya pada Segmen 6, Calon Wakil Walkot Solo Teguh Prakosa diberi kesempatan untuk memberi pertanyaan kepada paslon Bajo.

"Karena kita tadi ada kalimat untuk memperkokoh NKRI, maka agar para napiter yang ada di Kota Surakarta ada beberapa, supaya bisa kembali bersosiali dengan masyakat lingkungan, apa yang dilakukan paslon 2 untuk program-programnya supaya mereka tidak kembali menjadi teroris?" tanya Teguh kepada Bajo.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagyo menjawab pertanyaan tersebut dengan memulai pernyataannya tentang Indonesia memiliki budaya sebagai pemersatu.

"Indonesia adalah timur, penuh kultur budaya yang bisa menyatukan adalah budaya. Jangan sampai 'oh ini teroris', jangan. Itu ketidakadilan di Bumi Pertiwi," ujar Bagyo.

ADVERTISEMENT

Bagyo meminta semua pihak melihat permasalahan dari hulu ke hilir. Menurutnya, termasuk salah satunya soal teroris yang harus dilihat dari pangkal masalahnya.

"Kita semua tidak melihat hulu ke hilir Bajo, salah satunya ngewongke (memanusiakan), cari penyebab kenapa kamu nakal. 'O, karena tidak dibelikan baju, makanya aku nyolong'. Jangan melihat segala sesuatu yang buruk," kata Bagyo.

"Ingat Sunan Kalijaga, orang biasa didandani. Saya ini juga penjahit, saya menyatukan Kota Solo NKRI dengan Rembug Kota Solo," lanjutnya.

Menanggapi jawaban Bagyo, Teguh berkata tak ada maksudnya menghina eks napiter. Dia menjelaskan kembali soal pertanyaan awalnya soal program untuk eks napiter di Solo.

"Tidak ada yang kita menghina atau menelantarkan tapi gimana napiter ini bisa kembali ke masyarakat, kita tidak membeda-bedakan. Tapi programnya apa?" kata Teguh.

Teguh kemudian memberi contoh soal adanya eks napiter di daerah Penumping yang berjualan.

"Kalau di lingkungan kita, tidak tahu dan tidak dikembangkan stimulus dengan kegiatan UMKM, dengan kegiatan yang bisa memunculkan rasa (memiliki) pendapatan sendiri tidak bergantung pada orang lain," lanjutnya.

(sip/ams)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads