Batu meteor (meteorit) Kanjeng Kyai Pamor milik Keraton Solo konon jatuh di kawasan Prambanan pada abad ke-18 silam. Batu meteor itu kini disimpan di tempat sakral dan tidak dipamerkan di museum Keraton Solo. Apa alasannya?
Kerabat Keraton Kasunanan Surakarta, KGPH Puger, mengatakan sebenarnya meteorit bernama Kanjeng Kyai Pamor itu sempat mau dipamerkan di museum. Namun upaya tersebut tidak berhasil.
"Pernah diangkat ke museum, tapi tidak berhasil," kata Puger saat dihubungi detikcom, Jumat (20/11/2020).
Akhirnya rencana pemindahan ke museum Keraton Solo tersebut dibatalkan. Kyai Pamor kembali ditempatkan di lokasi semula.
"Mungkin tidak 'diizinkan' dipindah ke museum. Makanya dikembalikan ke tempat semula," jelas Puger.
Benda langit itu ditempatkan di tempat khusus di bagian utama Keraton Kasunanan Surakarta, yakni di Bandengan. Pada era Pakubuwono IX dibangunkan cungkup khusus untuk Kyai Pamor.
"Posisinya di Bandengan, di belakang kolam besar, tengahnya ada (patung) burung, tempat ritual," ujar dia.
Diberitakan sebelumnya, Wakil Pengageng Sasana Wilapa, KRA Dany Narsugama, mengatakan pada tahun 1700-an. Batu meteor itu pecah menjadi dua dan juga terdapat serpihan-serpihan.
"Yang bongkahan kecil, pada 13 Februari 1784 diambil atas perintah Raja Pakubuwono III dibawa ke keraton. Konon sebesar buah kelapa. Pecahan besar pada 12 Februari 1797, atas perintah Pakubuwono IV dibawa ke keraton, besarnya kira-kira 1 meter kubik," kata Dany, Kamis (19/11).
Simak video 'Batu Meteor Dinilai Setara dengan Rp 26 Miliar':