Tak hanya di Tapanuli Tengah, meteorit juga pernah jatuh di kawasan Prambanan dan disimpan di Keraton Kasunanan Surakarta. Oleh Keraton Solo, meteorit itu diberi nama Kyai Pamor sementara serpihannya dipakai masyarakat sebagai bahan pembuatan keris.
Wakil Pengageng Sasana Wilapa Keraton Kasunanan Surakarta, KRA Dany Narsugama, mengatakan serpihan meteorit itu pernah diteliti di Badan Tenaga Nuklir (Batan) Yogyakarta. Benda langit itu merupakan iron meteorit.
"Sempat diteliti di Batan Yogyakarta, ternyata ada kandungan kapur, titanium, besi, niobium. Jadi ini iron meteorit. Masyarakat menggunakannya sebagai bahan keris," kata Dany saat dihubungi detikcom, Kamis (19/11/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan serpihan batu meteorit itu bahkan diperdagangkan oleh warga. Kala itu, harga serpihan meteorit dua kali lipat harga emas.
"Tahun 1935, pecahan kecil yang dibawa rakyat diperdagangkan dengan perbandingan 1 gramnya senilai dengan 2 gram emas," kata Dany.
Batu meteorit yang disimpan Keraton Solo itu sudah berusia ratusan tahun. Dany mengatakan setelah Keraton Solo berdiri atau sekitar tahun 1700, ada meteor mendarat di kawasan Prambanan. Batu itu kemudian pecah menjadi dua dan terdapat serpihan-serpihan.
"Yang bongkahan kecil, pada 13 Februari 1784 diambil atas perintah Raja Pakubuwono III dibawa ke keraton. Konon sebesar buah kelapa. Pecahan besar pada 12 Februari 1797, atas perintah Pakubuwono IV dibawa ke keraton, besarnya kira-kira 1 meter kubik," kata Dany.
Serpihan dari meteorit itulah yang digunakan masyarakat sebagai bahan pembuatan keris. Sementara itu, untuk meteorit Kyai Pamor sendiri dianggap sakral oleh Keraton Solo dan dan tidak diekspos untuk publik.
"Letaknya di Bandengan. Pada masa Pakubuwono IX, dibangun cungkup khusus untuk Kyai Pamor," ujarnya.