Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM RI menyebut Gunung Merapi dipantau dengan peralatan paling komplit dan terbaik. Masyarakat diminta untuk tetap tenang dan mengikuti instruksi yang ada.
Kepala PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM Kasbani mengatakan aktivitas Gunung Merapi selama ini terpantau, termonitor, dan terlaporkan dengan sangat baik.
"Ini adalah nomor satu di Indonesia, (jadi peralatan) sudah standar internasional. Jadi ini paling komplit di Gunung Merapi ini, dan kami harapkan masyarakat tetap tenang dan mengikuti apa yang diinstruksikan," kata Kasbani saat ditemui wartawan di kantor Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Kota Yogyakarta, Kamis (19/11/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan, jika nantinya ada perkembangan teknologi terbaru untuk pengamatan Gunung Merapi maka akan segera diterapkan. Meski begitu, dalam kesempatan ini dia menyebut perlu ada peningkatan untuk peralatan laboratorium.
"Peralatan, alat pemantauan cukup dan relatif sudah komplit, kalau ada perkembangan teknologi baru kami terapkan di sini. Nanti kalau ada perkembangan baru kami terapkan juga di sini," ucapnya.
Saat ini, kata Kasbani, ada sekitar 30 alat seismik yang terpasang di Gunung Merapi. Selain itu ada sekitar 20 alat deformasi dan semuanya telah menggunakan GPS terkini.
"Peralatan laboratorium memang ada beberapa untuk mendukung monitoring yang perlu ditingkatkan. Alat monitoring relatif sudah komplit dan standar internasional," imbuhnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM RI Eko Budi Lelono menyebut pengamatan Gunung Merapi melibatkan sumber daya manusia (SDM) yang berpengalaman.
"Mungkin (peralatan pengamatan gunung Merapi) paling lengkap di Indonesia. Yang jelas semua yang terpasang ini adalah yang kelasnya, teknologi di dunia yang sudah ada," katanya.
"Karena yang kita lihat adalah tanda-tandanya, ciri-ciri akan terjadi letusan, tapi letusannya kapan belum tahu. Hikmahnya kita bisa meningkatkan peralatan, mungkin di luar negeri ada yang baru dan bisa diadopsi di sini untuk lebih meningkatkan akurasi kami," lanjut Eko.
(sip/rih)