Pemkab Sleman meminta warga di lereng Gunung Merapi agar tidak buru-buru menjual hewan ternaknya. Pemkab menegaskan akan berusaha untuk mengevakuasi ternak dan menjamin kesehatan ternak di tempat penampungan sementara.
"Ternak dari Kalitengah Lor total ada 139 ekor. Terdiri dari sapi potong 76 ekor, dan perah 63. Terbagi di 7 lokasi pengungsian," kata Plt Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Sleman, Nawang Wulan, kepada wartawan di lokasi pengungsian Balai Kalurahan Glagaharjo, Kabupaten Sleman, Selasa (17/11/2020).
Sejauh ini, ia telah menerima informasi soal warga yang menjual ternak tapi belum bisa merinci jumlahnya secara pasti. Namun, ia meminta agar warga tidak buru-buru menjual ternak dan bersedia untuk mengevakuasi ternak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Permintaan Pak Bupati Sleman, jangan sampai peternak itu menjual dengan harga murah. Namanya rojokoyo, kekayaan mereka adalah sapi itu. Dengan kondisi bencana seperti ini, mereka sangat dirugikan, sehingga kita berusaha sekeras mungkin supaya mereka bisa mau untuk mengevakuasi ternaknya," ungkapnya.
Nawang mengatakan upaya evakuasi ternak justru bisa menjadi antisipasi anggaran membengkak. Sebab, berkaca pada erupsi 2010, pemerintah harus mengganti ternak warga yang mati karena erupsi Gunung Merapi.
"Tidak, justru itu kita sedang berupaya untuk mengevakuasi, jadi pengalaman 2010, kami harus mengganti dengan anggaran yang luar biasa," sebutnya.
"Sementara kami belum ke sana (ganti ternak yang mati). Nah ini kami belum sampai ke sana. Pokoknya bagaimana mengevakuasi seluruh ternak ke bawah dan menjamin kesehatannya," jelasnya.
Ia menegaskan, Pemkab Sleman akan menjamin kesehatan ternak selama di lokasi penampungan, termasuk soal pakannya.
"Jadi kami memberikan, tidak jaminan 100 persen, kami akan menjamin kesehatan dari ternak yang dievakuasi, kemudian kecukupan pakan," pungkasnya.
(sip/mbr)