2 Skenario Erupsi Gunung Merapi Berdasarkan Analisis BPPTKG

2 Skenario Erupsi Gunung Merapi Berdasarkan Analisis BPPTKG

Jauh Hari Wawan S - detikNews
Rabu, 11 Nov 2020 20:49 WIB
BPPTKG menaikkan status Gunung Merapi dari level waspada menjadi siaga. Warga diminta waspada dengan peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Merapi.
Gunung Merapi. Foto: Jauh Hari Wawan S/detikcom
Yogyakarta -

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) memaparkan dua skenario erupsi Gunung Merapi. Skenario pertama yaitu ekstrusi magma dengan cepat dan kedua yaitu erupsi eksplosif.

Kepala BPPTKG Hanik Humaida menjelaskan dua skenario itu muncul berdasarkan data yang muncul saat ini. Dari indikator data pemantauan sudah melampaui kondisi status Siaga Merapi pada tahun 2006.

"Indikator data pemantauan melampaui kondisi Siaga 2006 sehingga muncul dua kemungkinan skenario. Pertama ekstrusi magma dengan kecepatan tertentu dan kedua erupsi eksplosif," kata Hanik kepada wartawan melalui saluran zoom meeting, Rabu (11/11/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hanik kemudian membandingkan data kegempaan di Gunung Merapi pada tahun 2006, 2010, dan 2020.

Berdasarkan data yang ia paparkan, dalam rata-rata tiga hari menjelang muncul kubah lava pada 26 April 2006 jumlah kegempaan di Merapi yaitu VB: 6, MP: 193, LF: 1, RF: 20, dengan laju pemendekan dari Babadan tercatat 1cm/hari.

ADVERTISEMENT

Kemudian kondisi Merapi dalam rata-rata 3 hari menjelang erupsi tanggal 26 Oktober 2010 BPPTKG mencatat VA: 7, VB: 120, MP: 579, LF: 1, RF: 227, dengan laju pemendekan tercatat dari Kaliurang sebesar 23cm/hari.

Sedangkan data rata-rata 3 hari hingga tanggal 11 November 2020 pukul 15.00 WIB, tercatat VB: 33, MP: 341, LF: 2, RF: 45, dengan laju pemendekan dari Babadan sebesar 12 cm/hari.

"Seismitas saat ini sudah melampaui kondisi menjelang munculnya kubah lava pada erupsi tahun 2006. Namun, lebih rendah daripada kondisi erupsi menjelang tahun 2010," jelasnya.

"Kemiripannya seperti 2006 namun demikian karena ini datanya sudah melampaui tahun 2006 potensi eksplosif masih ada," sambungnya.

Hanik menjelaskan hingga saat ini kubah lava belum muncul ke permukaan. Ia menjabarkan potensi bahaya jika nantinya Merapi erupsi eksplosif yaitu jarak maksimal 5 kilometer.

"Jadi itu kalau nanti terjadi eksplosif saat kami menaikkan ke Siaga adalah jarak maksimal itu 5 kilometer. Karena kubah lava belum muncul ke permukaan," ungkapnya.

Skenario erupsi eksplosif, menurut Hanik tidak akan sebesar dengan erupsi tahun 2010. Kendati secara data seismik maupun deformasi terus terjadi peningkatan.

"Jika terjadi erupsi eksplosif kemungkinan tidak akan sebesar erupsi tahun 2010," sebutnya.

Halaman berikutnya: skenario berikutnya jika terjadi ekstrusi magma...

Skenario berikutnya jika terjadi ekstrusi magma, BPPTKG telah memetakan potensi bahaya yang akan terjadi. Skenario erupsi ekstruksi ini mirip dengan kondisi erupsi 2006 yang mana saat itu ada ekstrusi magma dengan kecepatan tertentu.

Ia menjelaskan skenario yang dibuat itu berdasarkan hitung-hitungan BPPTKG jika laju ekstruksi meningkat mencapai 100 ribu mΒ³/hari dan kubah lava memenuhi kawah mencapai volume 10 juta mΒ³.

"Dari skenario itu jika 50 persen kubah lava runtuh maka akan menghasilkan awan panas. Ancaman awan bahaya maksimal yang akan terjadi ke Kali Gendol sejauh 9 Km, Opak 6 Km, Woro 6 Km," jelasnya.

"Kemudian perkiraan landaan awan panas ke Kali Kuning sejauh 7 Km, Boyong sejauh 6,5 Km, Krasak 7 Km, Kali Putih 5 Km, Kali Senowo 8 Km, Kali Trising 7 Km dan Kali Apu 4 Km. Ini berdasarkan skenario penambahan bukaan kawah di selatan dan barat," sambungnya.

Ia menjelaskan semua potensi bahaya di aliran sungai yang telah disebutkan tadi lokasinya berada di kawasan rawan bencana (KRB) III. Akan tetapi, untuk skenario ekstrusi magma Merapi hingga saat ini masih belum bisa dipetakan ancaman bahayanya.

"Ancaman bahayanya (untuk skenario ekstrusi) itu kalau sudah ada pertumbuhan kubah lava dan kita melihat kecepatan (pertumbuhan kubah lava) dan volume maksimum (kubah lava) berapa," paparnya.

Soal guguran, Hanik menjelaskan jika guguran saat ini merupakan material lama. Misalnya lava tahun 1948, lava tahun 1888. Untuk saat ini guguran dominan ke arah Senowo namun juga ada yang mengarah ke Kali Gendol.

"Jadi gunung Merapi meletus tidak semua (material) yang terlontarkan, sisa inilah yang jadi guguran. Jadi untuk (kubah) lava yang baru belum muncul. Guguran itu ke arah Senowo ada juga yang ke Gendol dengan jarak maksimal 3 Km," pungkasnya.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads