Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) memaparkan dua skenario erupsi Gunung Merapi. Skenario pertama yaitu ekstrusi magma dengan cepat dan kedua yaitu erupsi eksplosif.
Kepala BPPTKG Hanik Humaida menjelaskan dua skenario itu muncul berdasarkan data yang muncul saat ini. Dari indikator data pemantauan sudah melampaui kondisi status Siaga Merapi pada tahun 2006.
"Indikator data pemantauan melampaui kondisi Siaga 2006 sehingga muncul dua kemungkinan skenario. Pertama ekstrusi magma dengan kecepatan tertentu dan kedua erupsi eksplosif," kata Hanik kepada wartawan melalui saluran zoom meeting, Rabu (11/11/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hanik kemudian membandingkan data kegempaan di Gunung Merapi pada tahun 2006, 2010, dan 2020.
Berdasarkan data yang ia paparkan, dalam rata-rata tiga hari menjelang muncul kubah lava pada 26 April 2006 jumlah kegempaan di Merapi yaitu VB: 6, MP: 193, LF: 1, RF: 20, dengan laju pemendekan dari Babadan tercatat 1cm/hari.
Kemudian kondisi Merapi dalam rata-rata 3 hari menjelang erupsi tanggal 26 Oktober 2010 BPPTKG mencatat VA: 7, VB: 120, MP: 579, LF: 1, RF: 227, dengan laju pemendekan tercatat dari Kaliurang sebesar 23cm/hari.
Sedangkan data rata-rata 3 hari hingga tanggal 11 November 2020 pukul 15.00 WIB, tercatat VB: 33, MP: 341, LF: 2, RF: 45, dengan laju pemendekan dari Babadan sebesar 12 cm/hari.
"Seismitas saat ini sudah melampaui kondisi menjelang munculnya kubah lava pada erupsi tahun 2006. Namun, lebih rendah daripada kondisi erupsi menjelang tahun 2010," jelasnya.
"Kemiripannya seperti 2006 namun demikian karena ini datanya sudah melampaui tahun 2006 potensi eksplosif masih ada," sambungnya.
Hanik menjelaskan hingga saat ini kubah lava belum muncul ke permukaan. Ia menjabarkan potensi bahaya jika nantinya Merapi erupsi eksplosif yaitu jarak maksimal 5 kilometer.
"Jadi itu kalau nanti terjadi eksplosif saat kami menaikkan ke Siaga adalah jarak maksimal itu 5 kilometer. Karena kubah lava belum muncul ke permukaan," ungkapnya.
Skenario erupsi eksplosif, menurut Hanik tidak akan sebesar dengan erupsi tahun 2010. Kendati secara data seismik maupun deformasi terus terjadi peningkatan.
"Jika terjadi erupsi eksplosif kemungkinan tidak akan sebesar erupsi tahun 2010," sebutnya.
Halaman berikutnya: skenario berikutnya jika terjadi ekstrusi magma...