Fenomena awan berbentuk seperti topi muncul di Gunung Merapi pagi tadi. Warga yang tinggal di desa kawasan rawan bencana (KRB) Gunung Merapi di Klaten menyebut fenomena itu dibarengi dengan cuaca cerah.
"Awan itu terlihat pagi. Sekitar pukul 05.30 WIB sampai pukul 06.00 WIB cuma sekitar setengah jam dan arahnya di utara bagian barat," kata Kaur Perencanaan Desa Balerante Kecamatan Kemalang, Jainu, saat dihubungi detikcom via telepon, Kamis (5/11/2020).
Jainu menyebut sebelum fenomena awan bertopi itu muncul cuaca di kawasan puncak tampak cerah. Cuaca cerah itu terlihat sejak Rabu (4/11) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Malamnya itu cuaca cerah sekali. Lha paginya terlihat awan berputar itu tapi saya tidak memperhatikan sudah berapa kali ada kejadian seperti itu," tutur Jainu.
Hal senada juga disampaikan warga Dusun Deles, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Sukiman. Sukiman mengaku sempat melihat sebentar fenomena Gunung Merapi bertopi awan itu.
"Saya cuma lihat bagian atasnya saja. Mungkin sisanya terlihat di kabupaten lain," terang Sukiman saat dihubungi detikcom.
Dia menambahkan meski ada fenomena awan bertopi itu warga tetap beraktivitas seperti biasa. Dia menyebut tak ada yang berbeda dengan suasana Gunung Merapi yang pagi tadi bertopi awan itu.
"Warga berkegiatan seperti biasa. Yang katanya ada guguran itu tidak terasa oleh warga dan hanya bisa dideteksi alat seismograf," sambung Sukiman.
Sukiman menerangkan warga sudah biasa bersiaga dengan fenomena alam di kawasan Merapi.
"Sejak lama warga selalu siap siaga dan tidak panik. Semoga situasi aman-aman saja," harap Sukiman.
Untuk diketahui penampakan gunung bertopi awan tidak hanya terjadi di Merapi saja. Fenomena itu juga dialami di Gunung Lawu, dan Gunung Merbabu. BMKG memastikan fenomena awan bertopi ini tidak berhubungan dengan kemungkinan terjadinya bencana hanya saja berbahaya bagi penerbangan.
"Kemunculan awan Lenticularis ini merupakan pertanda keberadaan gelombang gunung. Gelombang gunung ini akan dapat menyebabkan terbentuknya turbulensi yang berbahaya bagi penerbangan," ujar Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi BMKG Semarang Iis W Harmoko di Semarang siang ini.
(ams/sip)