Rekaman video Sutejo (50), yang nekat membawa jenazah ibunya menggunakan sepeda motor viral di media sosial. Penilaian orang pun bermacam-macam terhadapnya. Berikut ini 5 fakta terungkap dari peristiwa tersebut.
1. Jenazah diikat di atas bronjong
Dari rekaman video yang beredar di dunia maya itu, tampak seorang pria yang mengendarai sepeda motor dengan bronjong di belakang. Di atas bronjong itulah, Sutejo meletakkan dan mengikat jenazah ibunya dengan diberi alas papan panjang. Jenazah Ginem Suharti (80) hanya dibungkus kain jarik batik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
2. Dibawa melewati jalan raya lintas kecamatan
Jenazah itu dibawa dari tempat tinggalnya di Dukuh Bantulan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Boyolali menuju ke daerah asal ibunya di Dukuh Selorejo, Desa Kedunglengkong, Kecamatan Simo, Boyolali pada Kamis (29/10/2020). Dia pun melintasi jalan raya.
3. Keluarga kaget dan terhenyak
Tindakan anak bungsu Ginem Suharti itu pun mengejutkan banyak orang. Termasuk kerabat dan keluarganya sendiri.
"Kok dinaikkan sepeda motor gitu, yang nggak tahu kan dikira diapa-apain. Itu (ibunya meninggal dunia) sebenarnya kan (karena) sakit tua," kata Sri Suyamti, kakak Sutejo, ditemui di rumah duka, Dukuh Selorejo, Desa Kedunglengkong, Jumat (30/10).
Dijelaskan dia, ibunya meninggal dunia pada Kamis (29/10) pagi sekitar pukul 08.00 WIB. Posisi dia saat itu tidak ada di rumah karena sedang bekerja. Yang di rumah hanya adiknya Sutejo dan istrinya.
Rumah Sri Suyamti dan Sutejo dalam satu pekarangan di Dukuh Bantulan, Banyudono. Ginem Suharti, baru satu minggu ikut di rumah Suyamti karena sakit tua.
"Saya pulang itu sudah nggak ada, (Rumah) sudah sepi. Nggak ada orang," jelasnya.
"Kemarin itu kalau nggak dibawa adik saya itu, ya saya carikan mobil (ambulans). Bilang sama tetangga kan pasti dibantu," imbuh dia.
4. Alasan tak ingin merepotkan tetangga
Suyamti mengatakan, Tejo nekat membawa jenazah ibunya sendiri menggunakan sepeda motor karena prinsipnya tidak merepotkan orang lain atau tetangga. Segala keperluan inginnya dikerjakan sendiri.
"Gimana ya, nggak mau lah ngrepotke (merepotkan) tetangga. Itu (Sutejo) nggak mau. Pokoknya ada apa-apa ditanggung sendiri. Saya sakit itu ditengok sama tetangga itu nggak boleh," terang Suyamti.
Anak pertama Ginem ini juga mengungkapkan jika Tejo orangnya pendiam dan tertutup. Dia tidak pernah keluar bergaul dengan para tetangga.
Pekerjaannya di rumah selain bertani menggarap sawah, juga membuat tas belanjaan dengan bahan limbah janur plastik.
Hal senada dikemukakan Ketua RT 003/001 Dukuh Bantulan, Desa Jembungan, Widodo Basuki. Dikatakan dia, jika warga setempat tidak mengetahui jika ibu kandung Sri Suyamti dan Sutejo itu meninggal dunia pagi kemarin. Pasalnya, Sutejo tidak memberitahukan kepada warga setempat.
"Warga di sini memang banyak yang nggak tahu, kalau ibunya itu meninggal dunia dan dibawa ke Simo. Pak Tejo ini memang kurang bergaul dengan masyarakat," katanya kepada para wartawan.
Lebih lanjut pihak keluarga pun memaklumi apa yang dilakukan Sutejo tersebut. Menurut mereka, yang telah dilakukan Tejo itu karena sayangnya kepada ibunya. Selain itu juga karena dia tidak mau merepotkan orang lain.