Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebut intensitas kegempaan Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengalami peningkatan. Termasuk laju deformasi gunung tersebut.
Kepala BPPTKG Yogyakarta Hanik Humaida menjelaskan berdasarkan laporan mingguan tanggal 16-22 Oktober 2020 Gunung Merap teramati mengeluarkan asap putih. Tinggi asap putih yang teramati paling tinggi 500 meter.
"Asap berwarna putih, ketebalan tipis hingga tebal dengan tekanan lemah. Tinggi asap maksimum 500 m teramati dari Pos Pengamatan Gunung Merapi Kaliurang pada tanggal 21 Oktober 2020 jam 06.14 WIB," kata Hanik dalam keterangannya, Sabtu (24/10/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara untuk analisis morfologi area kawah berdasarkan foto dari sektor tenggara tanggal 22 terhadap tanggal 11 Oktober 2020 tidak menunjukkan adanya perubahan morfologi kubah. Volume kubah lava, kata Hanik, masih diperkirakan sama yaitu 200.000 m3. Berdasarkan analisis foto drone tersebut, tidak teramati adanya material magma baru.
"Foto drone tanggal 18 Oktober 2020 sebagian tertutup kabut sehingga tidak diperoleh hasil perhitungan volume kubah lava. Volume kubah lava diperkirakan masih sama seperti perhitungan sebelumnya pada tanggal 26 Juli 2020 sebesar 200.000 m3," jelasnya.
Kendati tidak ada material magma baru, Hanik menjelaskan dalam minggu ini kegempaan Merapi mengalami peningkatan dibanding periode minggu sebelumnya. Tercatat 167 kali gempa hembusan (DG), 63 kali gempa vulkanik Dangkal (VTB), 433 kali gempa Fase banyak (MP), 23 kali gempa low frekuensi (LF), 170 kali gempa guguran (RF), dan 16 kali gempa tektonik (TT).
"Intensitas kegempaan pada minggu ini lebih tinggi dibandingkan minggu lalu," katanya.
Bukan hanya kegempaan saja yang mengalami peningkatan. Deformasi Merapi juga berubah. Pada minggu sebelumnya, diketahui laju pemendekan jarak sebesar 1 cm/hari sedangkan pada periode 16-22 Oktober 2020 menjadi 2cm/hari.
"Deformasi Merapi yang dipantau dengan menggunakan EDM pada minggu ini menunjukkan adanya laju pemendekan jarak sebesar 2 cm/hari," ungkapnya.
Lebih lanjut, hingga saat ini belum dilaporkan terjadi hujan yang mengakibatkan lahar.
"Intensitas curah hujan tertinggi sebesar 23 mm/jam selama 45 menit di Pos Kaliurang pada tanggal 16 Oktober 2020. Tidak dilaporkan terjadi lahar maupun penambahan aliran di sungai-sungai yang berhulu di Merapi," terangnya.
Hanik pun menyimpulkan berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental kubah lava saat ini dalam kondisi stabil. Kemudian aktivitas vulkanik Merapi masih cukup tinggi dan ditetapkan dalam tingkat aktivitas waspada.
"Potensi bahaya saat ini berupa awan panas dari runtuhnya kubah lava dan lontaran material vulkanik dari letusan eksplosif," bebernya.
BPPTKG pun memberikan saran dan rekomendasi agar radius 3 kilometer dari puncak Merapi steril dari aktivitas penduduk dan pendakian. Masyarakat agar mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Merapi.
(ams/ams)