Di Kabupaten Sragen, ternyata ada fenomena api alam seperti Api Abadi Mrapen di Grobogan, Jawa Tengah. Semburan api alami di Sragen ini keluar dari bekas sumur bor yang terletak di Desa Bonagung, Kecamatan Tanon.
"Masih menyala apinya. Pengunjung juga masih ada meskipun tidak seramai dulu," kata Kepala Desa Bonagung, Suwarno, saat dihubungi detikcom, Rabu (7/10/2020).
Suwarno menjelaskan semburan api dari lubang berdiameter 15 sentimeter tersebut muncul di pekarangan milik warga pada 18 Agustus 2019 silam. Lubang tersebut merupakan bekas sumur bor yang dibuat tiga tahun lalu. Sumur bor sedalam sekitar 50 meter tersebut tidak digunakan karena tidak muncul air.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dulu saat awal temuan ramai dipadati pengunjung. Sempat diteliti oleh dinas terkait, diprediksi tidak lama akan padam sendiri," paparnya.
Namun hingga lebih dari setahun, lanjut Suwarno, api tersebut masih menyala. Pihak desa berencana akan membangun area munculnya api itu sebagai potensi wisata desa.
"Sedang kita rencanakan untuk membangun, karena potensinya lumayan baik," kata Suwarno.
Dihubungi terpisah, petugas Cabang Dinas ESDM Wilayah Solo, Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah, Puguh Dwi Hartanto, menerangkan semburan api di Desa Bonagung, Sragen tersebut berasal dari kantong gas yang berada di bawah tanah. Api akan padam sendiri seiring habisnya persediaan gas di reservoir gas tersebut.
"Dulu pada saat kita ke lapangan itu kan hanya berdasarkan visual, bahwa ada (semburan) api lalu kita bandingkan dengan formasi geologi yang ada di situ. Bahwasanya di situ dulu lingkungan pengendapannya rawa yang memungkinkan adanya kantong-kantong gas," ujar Puguh.
Puguh mengaku sempat memprediksi api tersebut akan padam dalam waktu dekat. Hal tersebut berdasarkan pengalaman fenomena yang sama di daerah lain.
"Prediksi itu kan berdasarkan pengalaman di daerah-daerah lain. Intinya bertahan sampai sekarang karena reservoirnya masih ada," papar Puguh.
Ditanya kemungkinan api di Bonagung, Sragen bisa menggantikan Api Abadi Mrapen, Puguh mengakui hal tersebut masih membutuhkan penelitian lebih dalam. Terutama untuk mengetahui seberapa banyak tampungan gas di bawahnya.
"Itu kan perlu penyelidikan lebih lanjut, kantong-kantong gas itu bisa jadi tidak terlalu banyak sehingga akan segera habis. Masih perlu penelitian tentang seberapa reservoir gas yang ada di dalamnya," pungkasnya.
(rih/ams)