Kematian Rinaldi Harley Wismanu (32) yang jadi korban mutilasi sejoli sadis di Apartemen Kalibata City meninggalkan duka mendalam bagi keluarganya. Liburan ke Bromo, Jawa Timur menjadi kenangan terakhir keluarga dengan Rinaldi.
"Terakhir itu ke Bromo bersama keluarganya. Kalau tidak salah antara Januari atau Februari. Pokoknya sebelum COVID-19," ujar salah seorang kerabat Rinaldi, Hendro, saat ditemui wartawan di rumah duka, Kampung Nologaten, Caturtunggal, Depok, Sleman, Kamis (17/9/2020).
Hendro bercerita Rinaldi merupakan tulang punggung keluarganya. Selama pandemi Corona, Rinaldi memang belum pernah pulang lagi ke rumahnya di Sleman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dia anak pertama dari empat bersaudara dan jadi tulang punggung keluarga. Orang tuanya tidak kerja," terang Hendro.
Namun, meski terpisah jarak Rinaldi dan keluarganya di Sleman intens berkomunikasi. Sehingga saat Rinaldi tak bisa dihubungi, keluarga merasa khawatir dan sempat melaporkan kehilangan Rinaldi ke Polda Metro Jaya.
Sang ayah juga sempat menyusul ke Jakarta pada Selasa (15/9). Nahas, keluarga justru mendapatkan kabar Rinaldi tewas dalam kondisi termutilasi. Jasad korban ditemukan pada Rabu (16/9) sekitar pukul 19.00 WIB, di salah satu unit di lantai 16 Tower Ebony Apartemen Kalibata City.
Jenazah Rinaldi pun akhirnya dibaringkan di TPU Nologaten, Sleman sekitar 50 meter dari rumahnya. Pemakaman itu dilakukan pada Senin (21/9) pagi, dan dihadiri ratusan orang termasuk Bupati Sleman Sri Purnomo yang datang melayat.
Selama pemakaman berlangsung, tangis keluarga pecah. Ibu kandung Rinaldi, Sulistyani juga tak mampu menyembunyikan rasa sedihnya. Dia bahkan harus dipapah saat berjalan dan tampak berulang kali membuka kacamatanya untuk menyeka air mata yang jatuh menetes mengiringi pemakaman putranya itu.
Di mata keluarganya, Rinaldi merupakan sosok tulang punggung yang diandalkan. Rinaldi yang merupakan lulusan Fakultas Ilmu Budaya UGM angkatan 2006 itu diketahui sempat berkuliah di Jepang.
"Setelah lulus (UGM) langsung lanjut kuliah S2 di Jepang. Lalu kerja di Jakarta, kontraktor," ujar Hendro.
Adik kandung Rinaldi, M Arief Alfian Firdaus mengaku belum bisa menerima kejadian yang menimpa kakak sulungnya itu. Namun dia belajar untuk menerima dan mengikhlaskan serta memaafkan.
"Kalau saya pribadi belum bisa menerima. Saya sendiri masih belajar mengikhlaskan dan sebisa mungkin memaafkan," ungkap Alfian.
Hal senada juga disampaikan adik sepupu Rinaldi, Sadana Niempuna (29). Sadana berharap aparat menghukum sejoli Laeli Atik Supriyatin (27) dan Djumadil Al Fajri (26) dihukum setimpal.
"Keluarga berharap pelaku dihukum setimpal karena keluarga sangat kehilangan sosok Herly sebagai tulang punggung keluarga. Keluarga besar juga kehilangan," kata adik sepupu korban, Sadana.
![]() |
"Harapannya dihukum sesuai hukuman yang berlaku. Hukuman mati," tambahnya.
Sebelumnya diberitakan, sejoli pemutilasi Rinaldi, Laeli dan Djumadil membunuh korban pada Rabu (9/9) lalu. Motif kedua sejolis sadis itu untuk menguasai harta korban.
"Mereka mengetahui korban ini memiliki finansial dan sehingga kedua tersangka berencana menghabisi korban dan mengambil barang-barang dan uang korban. Motifnya adalah ingin menguasai harta milik korban," jelas Kapolda Metro Jaya Irjen Nana Sudjana kepada wartawan di Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (17/9).