Beberapa hari ini suhu di Yogyakarta dan sekitarnya terasa sumuk atau panas menyengat dan terasa kering. Cuaca juga beberapa kali mendung tapi tak kunjung hujan. Fenomena apa?
"Ya, karena fenomena equinox. Karena equinox ini adalah fenomena alam di mana matahari tepat di atas khatulistiwa sehingga menyebabkan suhu udara meningkat," kata Koordinator BMKG DIY Agus Riyanto mengutip informasi dari Stasiun Klimatologi Sleman, Rabu (23/9/2020).
Dari data Stasiun Klimatologi Sleman itu, suhu panas ini bakal berlangsung sampai Oktober. Dengan titik puncak kulminasi diprakirakan pada 13 Oktober 2020 mendatang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Titik puncaknya diprakirakan sampai dengan tanggal 13 Oktober karena karena untuk wilayah DIY yang berada di selatan khatulistiwa, kulminasi matahari diprakirakan terjadi pada tanggal 13 Oktober," terangnya.
"Dampak yang dirasakan adalah suhu udara meningkat sehingga masyarakat akan merasa gerah dari biasanya," jelasnya.
Dengan kondisi tersebut, akhir September hingga pertengahan Oktober suhu udara masih berfluktuasi. Tercatat, suhu tertinggi di wilayah DIY terjadi pada Sabtu (20/9) lalu dengan suhu mencapai 36 derajat celsius.
"Jika cuaca cerah, suhu udara terasa terik, jika banyak awan, umumnya suhu udara relatif lebih rendah. Untuk saat ini suhu tertinggi di DIY terjadi pada tanggal 20 September mencapai 36 derajat celsius," terang dia.
BMKG DIY pun mengimbau warga agar banyak minum air putih dan vitamin untuk menghindari dehidrasi.
"Jadi masyarakat tidak bisa menghindarinya tetapi hanya bisa menyiasatinya agar tidak terlalu berdampak terhadap kesehatan manusia. Langkah yang dilakukan adalah menjaga kesehatan, mengonsumsi vitamin, minum air putih yang cukup agar tidak dehidrasi jika bekerja di luar ruangan," pesan Agus.
(ams/rih)