Harga sayur mayur yang terus merosot membuat petani sayur di lereng Gunung Merapi di Klaten menjadikan sayur sebagai pakan ternak. Penyebabnya, dijual tidak laku dan jika laku harganya sangat rendah.
"Tamanan (sayur) pada tidak dipanen sampai kering di tegalan (lehan pertanian). Sebagian dibuat pakan ternak kalau ternaknya mau," ungkap Kades Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Klaten, Sutarno di kantornya kepada detikcom, Rabu (9/9/2020).
Menurut Sutarno, anjloknya harga sayur sudah terjadi dua bulan terakhir. Saat ini harga tidak membaik, malah semakin buruk. "Harga semakin jatuh. Padahal jenis tertentu seperti tomat dan cabai sedang puncak panen," lanjut Sutarno.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jenis yang paling jelek harganya, ungkap Sutarno, adalah tomat dan cabai rawit. Harga tomat di bawah Rp 1.000 bahkan Rp 400 per kilogram. "Harga tomat paling kasihan, di bawah Rp 1.000 kadang dibagikan ke tetangga. Yang masih bagus kembang kol, bisa balik modal," jelas Sutarno.
Riyanto, petani sayur Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang mengatakan harga sayur bukan membaik tapi makin tidak laku. Jika laku pun harganya rendah. "Bukan hanya harganya rendah tapi mulai tidak laku. Kalau laku harganya tidak balik modal," kata Riyanto.
Harga cabai layak, jelas Riyanto, baik cabai rawit dan cabai keriting dari petani Rp 8.000-Rp 10.000 tapi sekarang hanya Rp Rp 3.000-Rp 3.500/kg. Sedangkan tomat tidak laku. "Tomat tidak laku, rugi, sehingga dijadikan bahan campuran pakan sapi. (Sayuran) jepan Rp 400/kg, diberikan warga kadang tidak mau," sambung Riyanto.
Penyebab hancurnya harga, ujar Riyanto karena kondisi pandemi COVID-19. Di saat musim panen Agustus-September, aktivitas warga berupa hajatan, warung dan kegiatan sosial belum pulih.
"Sejak ada COVID hajatan dan warung sepi. Kalau untuk masak sehari hari tidak berapa besar penjualannya jadi banyak barang," imbuh Riyanto.
Harga cabai, kata Edi, di pasar kisaran hanya Rp 15.000/kg. Harga jipan hanya Rp 3.000 dan tomat bagus cuma Rp 2.000.
"Selain tomat dan cabai jipan harga juga anjlok. Kol dari Rp 20.000 jadi Rp 12.000, sawi putih dari Rp 10.000 jadi Rp 6.000 dan wortel biasa Rp 8.000 dari Rp 12.000, " kata Edi.
Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan Pemkab Klaten, Erni Kusumawati, mengakui harga sayur saat ini memang tidak bagus. Dinas sejak awal berupaya mengantisipasi.
"Sebenarnya kita sudah menginisiasi membuat pasar tani di Dinas Pertanian, tapi karena COVID-19 untuk sementara belum bisa dilaksanakan. Namun di dinas, dalam skala kecil menawarkan produk sayuran pada komunitas baik PKK, OPD atau instansi yang lain," jelas Erni kepada detikcom di Pemkab Klaten.