Gadis manis asal Desa Sidorejo, Kemalang, Klaten bernama Devita Wati (22) memilih profesi operator ekskavator dan sopir truk pengangkut pasir-batu di lereng Gunung Merapi. Dia mengaku bisa menikmati pekerjaannya.
"Hampir dua tahun saya jadi operator ekskavator dan kadang nyopir truk pasir. Dulu setelah lulus sekolah nganggur setahun lalu paman saya beli alat berat dan saya bantu-bantu," ungkap Devita kepada detikcom saat ditemui di depo pasir Jalan Deles-Kemalang, Dusun Krancah, Bumiharjo, Kemalang, Klaten, Kamis (27/8).
Devita menceritakan keinginannya membantu pamannya itu ternyata didukung keluarga. Sebelum menjadi operator ekskavator dan sopir truk pasir, keluarganya sempat ingin dia masuk kuliah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya dari dulu kata orang sudah tomboi tapi saya sejak dulu memang suka tantangan. Kalau kuliah terserah aku, orang tua mau membiayai tapi saya tidak tertarik," lanjut Devita.
Devita mengaku sempat merasa takut saat latihan mengoperasikan alat berat kali pertama. Namun karena sejak kecil dia menyukai hal ekstrem, ketakutan itu bisa diatasinya. "Setelah itu paling sebulan akhirnya bisa mengemudikan dan tidak pernah ada kendala," imbuhnya.
Dukungan keluarga membuat Devita semakin bersemangat dan tertantang. Apalagi ibunya pun memberikan dukungan. "Ibu malah nyuruh saya latihan kemudikan alat berat. Saya belajar tidak ada sekolah khusus tapi belajar dari teman operator lain," kata Devita.
Devita menuturkan awalnya hanya bisa mengoperasikan ekskavator ukuran kecil. Namun sekarang sudah bisa mengoperasikan ekskavator berukuran besar.
"Saya mengemudikan yang besar sekarang sudah biasa, umumnya di proyek. Belum lama ikut proyek jalan mengemudi ekskavator yang besar di wilayah Gunung Kidul," ujar Devita.
Lebih lanjut Devita mengatakan setelah menguasai ekskavator, dirinya juga belajar menjadi sopir truk pasir. Awalnya karena penasaran tapi akhirnya keterusan.
"Intinya yakin dan fokus. Saat dalam truk ada sensasi tersendiri, saya menikmati sebab truk muatan pasir jalannya pelan," ucap Devita.
Kini, jika tidak mengemudikan ekskavator, waktu luangnya digunakan untuk ikut mengambil pasir dan batu dengan truk. Anak ke dua dari tujuh bersaudara itu mengaku penghasilannya cukup. "Penghasilan pokoknya ya alhamdulilah cukup. Bapak juga senang," tambah Devita.
Tonton juga 'Devita, Sopir Alat Berat-Truk di Lereng Merapi yang Jadi Perhatian':
Rekan Devita yang juga seorang sopir truk pasir, Jarwoko, mengatakan aktivitas Devita yang menjadi operator ekskavator dan sopir truk angkutan pasir ini membuat salut banyak orang.
"Pokoknya salut banget. Seorang cewek bisa mengerjakan pekerjaan yang belum tentu semua laki-laki bisa melakukannya," kata Jarwoko saat ditemui di depo pasir Jalan Deles-Kemalang, Desa Bumiharjo, Kecamatan Kemalang.
Menurut Jarwoko, Devita baru sekitar dua tahun bekerja di depo pasir. Ternyata, Devita mampu menjadi operator ekskavator dan truk pasir.
"Baru sekitar dua tahun seingat saya. Tapi tidak hanya operator alat berat malah juga mengangkut pasir dengan truk dari lokasi tambang ke depo," ujar Jarwoko.
Tetangga Devita, Sungkowo, mengatakan bahwa Devita merupakan satu-satunya perempuan yang menjadi operator ekskavator dan sopir truk pasir di kawasan lereng Gunung Merapi. Di matanya, sosok Devita itu luar biasa.
"Pokoknya luar biasa. Kalau ceker pasir (cari pasir) banyak (perempuan), tapi yang operator alat berat dan sopir truk angkutan pasir ya hanya satu, Devita itu aja," kata Sungkowo kepada detikcom.
Menurut Sungkowo, Devita menggeluti pekerjaan itu kemungkinan karena ayahnya juga sopir truk pasir.Mungkin dulu karena ayahnya driver truk. Mungkin coba-coba jadi akhirnya bisa dan dengan kita-kita (kru truk pasir dan operator) juga akrab, biasa saja," ujar Sungkowo.
Saat ini, lanjutnya, Devita mengoperasikan dua alat berat. Jika libur tidak mengemudikan alat berat, maka Devita ganti menyopiri truk mengangkut pasir dari lokasi tambang ke depo.
"Kadang kalau tidak mengoperasikan alat berat ya bawa truk mengambil pasir. Disopiri Devita sendiri tanpa kernet," pungkas Sungkowo.
(mbr/mbr)