Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah bakal mengujicoba sekolah tatap muka pada enam SMA/SMK yang ada di tiga wilayah. Tiga wilayah tersebut yakni Kabupaten Wonosobo, Temanggung, dan Kota Tegal.
"Kami telah menetapkan beberapa zona terkait pendidikan. Strateginya adalah daerah zona hijau yang akan melaksanakan pembelajaran tatap muka lebih dulu. Kami memilih Kabupaten Wonosobo, Temanggung, dan Kota Tegal," ujar Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, Padmaningrum, pada webinar bertema 'Tarik Ulur Pembelajaran Jarak Jauh', Selasa (25/8/2020).
"Siapkan di 3 Kabupaten di 6 sekolah. Jadi benar-benar dari datang sampai pulang," lanjut Padmaningrum tanpa menyebut nama sekolah dan kapan uji coba akan dilaksanakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam ujicoba sekolah tatap muka tersebut, jelasnya, segala hal akan diperhatikan mulai dari kurikulum, proses anak berangkat sekolah sampai pulang sekolah, jumlah siswa yang berangkat, dan bekal para siswa.
Padmaningrum mengatakan adanya penambahan kasus COVID-19 di Brebes usai penerapan sekolah tatap muka di daerah itu menjadi salah satu pertimbangan yang dia evaluasi.
"Karena itu lah kami dalam membuka sekolah tidak sembarangan. Rencana itu kemudian kami evaluasi ulang. bersama Tim Gugus Tugas kami melakukan penjaringan kabupaten/kota dan rapat hingga tiga kali. Kami membuat film sistem pendidikan seperti apa yang akan dilakukan nanti," jelasnya.
Dia melanjutkan banyak siswa yang mengeluhkan sekolah jarak jauh selama ini. Sehingga dia mendorong agar guru bisa kreatif dan inovatif dalam menangani masalah belajar jarak jauh itu.
"Salah satunya adalah dengan melakukan peningkatan kapasitas terhadap 4.000 lebih guru SMA dan SMK di Jateng terkait pembelajaran jarak jauh menggunakan metode DOLMEN yang di-support oleh Microsoft," jelas Padma.
"Target capaian kurikulum juga akan kami kurangi jauh dalam metode PJJ (pembelajaran jarak jauh) ini, karena yang kami tekankan saat ini adalah konsep belajar menyenangkan," lanjutnya.
Dalam kesempatan yang sama, Konsultan Pendidikan Inklusif dan Penanganan Anak Tidak Sekolah UNICEF Jawa Bali Supriono Subakir menambahkan menurutnya sudah luar biasa bagi para siswa bisa mengikuti pelajaran hingga 4 jam.
"Oleh sebab itu bagaimana menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, itu yang diperlukan. Orang tua di rumah sekarang baru sadar bagaimana sulitnya mengajar satu anak di rumah. Mereka baru sadar betapa beratnya tugas guru yang mengajar lebih dari 30 anak dalam satu kelas," kata Supriono.