Acara doa menjelang pernikahan yang digelar sekeluarga di Solo diserang sekelompok massa. Jaringan GUSDURian angkat bicara dan menilai peristiwa yang terjadi di tengah pandemi virus Corona atau COVID-19 ini memilukan.
"Kekerasan terhadap warga negara kembali terjadi di Indonesia. Di tengah upaya keras menanggulangi pandemi COVID-19 sebuah peristiwa memilukan terjadi di Solo, Jawa Tengah. Sekitar dua ratus orang menyerang acara Midodareni yang tengah berlangsung di kediaman almarhum Segaf Al-Jufri, Jl Cempaka No 81 Kp Mertodranan Rt 1/1 Kel/Kec Pasar Kliwon Kota Surakarta. Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 8 Agustus 2020 malam," ujar Koordinator Nasional Jaringan GUSDURian Alissa Wahid dalam keterangan tertulisnya kepada wartawan, Senin (10/8/2020).
Alissa menegaskan acara tersebut yaitu midodareni yang merupakan tradisi yang banyak dilakukan masyarakat Jawa untuk mempersiapkan hari pernikahan. Dia menyebut dari pemberitaan dia mengetahui massa yang menyerang merusak mobil dan memukul beberapa anggota keluarga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sembari meneriakkan takbir, penyerang meneriakkan bahwa Syiah bukan Islam dan darahnya halal," tutur Alissa.
Alissa mengatakan, Syiah merupakan salah satu mazhab teologi dalam Islam yang telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Di Indonesia, lanjut Alissa, Syiah termasuk dalam kategori kelompok minoritas dan kerap menerima perlakuan diskriminatif.
Tiga orang dilaporkan menjadi korban tindakan brutal kelompok tersebut, sehingga harus menjalani perawatan medis.
"Peristiwa ini menambah catatan buruk intoleransi di Indonesia yang seharusnya menjunjung tinggi nilai-nilai keberagaman. Apalagi beberapa waktu yang lalu, peristiwa intoleransi juga terjadi pada masyarakat adat di Kuningan, Jawa Barat. Hal ini sungguh ironis mengingat presiden Joko Widodo pernah menyerukan tidak ada tempat bagi intoleransi di Indonesia," urai Alissa.
tonton video '3 Warga Solo Diserang Usai Ikuti Doa Pernikahan, Sejumlah Mobil Dirusak':