Alenda Primavea Dewi (11), bocah yang lahir dengan keterbatasan fisik atau disabilitas ini ingin sekolah formal seperti anak seumurannya. Vea, sapannya, menyampaikan pesan ingin belajar di sekolah kepada Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo.
detikcom menengok Vea di rumahnya, Kelurahan Bangkle RT 03 RW 01, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Vea mengalami gangguan pada tulangnya sehingga tidak bisa berjalan normal.
Namun, saat diajak berkomunikasi, Vea tampak lancar menjawabnya. Vea mengaku ingin sekali kakinya bisa digunakan untuk berjalan agar bisa bersekolah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pengin bisa jalan, biar bisa sekolah," ujar Vea, Sabtu (8/8/2020).
Vea pun lantas menuliskan sebuah pesan singkatnya untuk Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo. Pesan itu dia tulis sendiri di secarik kertas dan dikirimkan pada Jumat (7/8).
"Pak Ganjar saya ingin kaki saya sembuh. Saya ingin sekolah," tulis Vea seperti dilihat detikcom.
"Saya bisa menulis, bisa membaca dan juga berhitung," ujar Vea yang sudah lulus dari pendidikan TK itu.
Sementara itu, ibunda Vea, Adin Puji Utami, menceritakan bahwa anak ketiganya itu saat ini tidak sekolah. Meski sebelumnya telah menempuh pendidikan di TK umum.
"Setiap harinya Vea banyak menghabiskan waktunya di atas kasur. Dan bermain dengan kucing peliharaannya," kata Adin mengawali penuturannya.
Adin menceritakan, Vea dulu terlahir prematur saat kandungannya baru 6 bulan 2 minggu. Saat itu dia sudah diperingatkan oleh dokter rumah sakit, jika anak yang lahir prematur akan ada gangguan pada fisiknya. Yakni pada tulang atau pada mentalnya.
"Vea ini tulangnya yang bermasalah. Untuk otak dan mentalnya alhamdulillah normal. Pikirannya seperti pada umumnya, dia pintar," ujarnya.
Saat baru lahir, kata Adin, anaknya tersebut diinkubator oleh pihak rumah sakit selama dua minggu sebelum boleh dibawa pulang. Tetapi setelah Vea dibawa pulang dari rumah sakit, jadi sering sakit-sakitan.
"Beberapa kali jadi sering masuk rumah sakit, kalau sekarang sudah tidak," kata Adin.
Proses pertumbuhan anak ketiganya ini tidak seperti anak pada umumnya, terutama soal fisik. Umur 8 tahun, lanjut Adin, Vea baru bisa mengangkat punggung dan bisa duduk.
![]() |
Vea kemudian dimasukkan di pendidikan taman kanak-kanak (TK) dengan menggunakan kursi roda.
"Jadi Vea baru masuk TK saat usianya 8 tahun. Pas sekolah saya yang mengantar sambil membawa kursi roda," ungkapnya.
Menurut Adin, anaknya selama proses pembelajaran di TK mudah menangkap pembelajaran yang ada. Vea diketahui lancar membaca, bisa menulis dan berhitung.
Saat lulus dari TK pada usia 10 tahun, orang tuanya ingin menyekolahkan Vea di SD yang dekat dengan tempat tinggalnya. Namun ditolak secara halus sejumlah sekolah dan disarankan agar disekolahkan di SLB saja.
"Anak saya itu kan normal pemikirannya seperti anak pada umumnya, bisa baca tulis. Tapi hanya tidak bisa jalan," kata Adin.
Tonton video 'Elektabilitas Capres Versi Charta Politika: Prabowo, Ganjar, Anies Unggul':
Pada saat itu, Adin tidak putus asa agar anaknya bisa sekolah di luar SLB. Dia kemudian mendatangi ke sejumlah sekolah tapi hasilnya pun sama, semua sekolah itu menolak menerima Vea.
Hingga akhirnya pada 2019 lalu, Vea tidak disekolahkan. Begitu pun tahun ini, Vea kembali tidak sekolah.
"Saya trauma, takut ditolak lagi. Satu tahun ini tidak sekolah dan di rumah saja tidak pernah ke manapun," ujar Adin menceritakan kondisi Vea.
Adin mengaku, saat ini ingin fokus pada pengobatan anaknya agar bisa sembuh. Hatinya terasa teriris melihat anaknya hanya bisa terbaring, dan kalau pun ingin beraktivitas hanya keluar masuk kamar ke ruang tamu dengan merangkak.
Dia menyampaikan, dirinya pernah disarankan bidan agar ke terapi yang memungkinkan kaki anaknya paling tidak bisa untuk berdiri. Saran tersebut hingga sekarang belum bisa dilakukan karena Adin mengira biayanya mahal.
Sementara ayah Vea, Gimin, hanya bekerja sebagai buruh bangunan. Rumah yang ditempatinya saat ini pun mengontrak sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan pengobatan.
"Sudah 4 tahun ngontrak. Saya hanya berharap agar anak saya bisa sembuh dan pihak dermawan bisa membantu anak kami," kata Adin, yang sehari-hari di rumah kontrakan merawat Vea dan dua kakaknya.
Disinggung terkait pesan yang ditulis Vea kepada Ganjar Pranowo, Adin berharap agar Ganjar bisa mengetahui kondisi anaknya tersebut.
Adin mengungkapkan, selama 11 tahun, bantuan pemerintah untuk Vea baru sebatas memberikan kursi roda. Untuk pengobatan, Adin menyebut belum sekali pun pemerintah turun tangan.
Adin percaya bahwa kondisi Vea bisa disembuhkan jika ada kepedulian pihak pemerintah.
"Kalau sebatas dibawa ke tukang pijat sudah, tapi kalau dibawa ke terapi belum pernah. Belum ada biayanya," ujar Adin.
Terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Blora, Hendi Purnomo mengaku belum mengetahui kondisi Vea tersebut.
"Baru tahu ini, sebelumnya berkali-kali menginstruksikan kepada sekolah untuk tidak menolak murid," kata Hendi saat dihubungi.
Hendi pun menjanjikan akan segera mengecek kondisi Vea. "Senin mungkin, saya akan kroscek terlebih dahulu," terangnya.