Akses jalan dukuh selebar tiga meter di Dukuh Ngledok, Desa Gading, Kecamatan Tanon, Sragen, ditutup tembok oleh salah satu warga. Meski diprotes warga, pemilik lahan bersikukuh menutup jalan karena yakin jalan tersebut masuk ke lahannya.
Kejadian penutupan jalan tersebut viral di media sosial. Salah satunya dibagikan di akun Facebook Kumpulan Wong Sragen (KWS). Hingga sore pukul 14.55 WIB ini, unggahan tersebut menuai 1.500 like dan dikomentari 1.900 orang.
"Tulung dulur2..niki kok jalan.ngledok,gading,tanon,sragen. ditutup...sedangkan dari simbah'y dulu ini tanah dikasih jalan buat anak cucu'y..tapi kenapa kok ditutup gini..mohon penceramahan'y.." tulis akun Heri Rebbin di grup itu. Akun Heri Rebbin juga mengunggah foto kondisi jalan yang ditutup.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu saat didatangi ke lokasi, tembok yang disoal itu tampak dibangun melintang dengan ketinggian sekitar satu meter dengan lebar sekitar tiga meter. Tembok itu dibangun dari bahan hebel warna putih, dan dibangun di sisi utara dan selatan jalan dengan jarak sekitar 25 meter.
"Tiba-tiba ditembok kemarin. Tidak ada komunikasi dengan warga, tiba-tiba ditutup begitu saja," ujar warga sekitar, Rebin (50) saat ditemui detikcom di rumahnya, Sragen, Selasa (4/8).
Rebin mengakui jalan tersebut memang masuk pekarangan warga. Namun para pemilik terdahulu, mengikhlaskan sepetak tanah sebagai akses masyarakat.
"Pemilik lama dulu mengikhlaskan tanahnya untuk jalan. Sudah lama, sejak saya kecil sudah ada jalan di sini. Memang dulunya hanya jalan setapak," paparnya.
Penutupan tersebut, lanjutnya, berdampak pada sekitar 11 kepala keluarga (KK) yang kesehariannya melewati jalan tersebut. Meski tidak sampai terisolir, warga harus memutar hingga 500 meter untuk melewati jalur lain.
Keputusan menutup tersebut diambil oleh anak pemilih lahan, Sonem (60). Sonem yang tinggal di Dukuh Magersari ini memutuskan menutup lahan karena merasa jalan tersebut masuk di pekarangannya.
"Ini jalan masuk ke lahan saya. Tahu-tahu jalannya dibangun cor jadi selebar ini, saya tidak diberi tahu. Saya sudah bilang Pak Lurah untuk menutup," kata Sonem.
Tonton juga video 'Meski Mendapat Penolakan, Pemkot Surabaya Bongkar Tembok yang Blokir Jalan Raya':
Apa kata Pak Kades? Lihat selanjutnya!
"Setelah kita pertemukan dengan Muspika tadi, sertifikat (tanah) dua-duanya kita pertemukan, kan ada gambar jalan. Ya sudah tadi kesepakatan jalan itu harus tetap ada. Satu meter diambilkan dari lahan To Pawiro, satu meter dari lahan Parno, jadi total lebar jalan jadi dua meter," kata Puryanto.
Puryanto menerangkan saat pembongkaran tembok itu sempat terjadi ketegangan antara ahli waris To Pawiro, Sonem, dengan warga setempat. Menurut Puryanto Sonem bersikukuh membangun tembok itu karena jalan tersebut masuk di lahan warisan ayahnya.
"Sempat ada perdebatan, namun kita lakukan pendekatan. Kita terangkan kepada Sonem bahwa jalan itu memang diberikan ayahnya untuk akses warga. Itu pun sebenarnya tidak seluruhnya jalan memakai lahan Sonem, ada satu meter yang memakai lahan milik Parno," terang Puryanto.
Dari kesepakatan itu, lahan Sonem akhirnya hanya diambil sekitar satu meter dan satu meter lagi diambilkan dari lahan Parno yang berada di sebelahnya. Sonem pun akhirnya merelakan lahannya selebar satu meter dan sepanjang 25 meter itu.
"Jadi jalan itu pakai lahannya Parno satu meter dan lahannya To Pawiro satu meter. Sehingga jalan yang awalnya selebar tiga meter, dipersempit menjadi dua meter saja," lanjutnya.
Setelah terjadi kesepakatan, akhirnya tembok penutup jalan itu dibongkar. Pembongkaran dilakukan oleh warga sekitar dengan cara bergotong royong.
"Tembok ini kan lebarnya tiga meter, karena hanya akan dipakai jalan dua meter, maka sisa tembok satu meter tetap dibiarkan berdiri," jelas Puryanto.
Selain pembongkaran tembok, lanjut Puryanto, warga juga akan langsung membongkar talud jalan sekaligus membangun talud baru. Puryanto menegaskan, dengan pembongkaran ini permasalahan penutupan jalan ini sudah selesai.
"Nanti akan dibangun talud baru di jalan selebar dua meter sesuai kesepakatan. Dananya menggunakan swadaya warga. Dengan demikian masalahnya selesai," tegasnya.