Tradisi berebut nasi ancak atau ancakan di malam Hari Raya Idul Adha, menjadi tradisi rutin yang digelar ahli waris Sunan Kalijaga di Kadilangu, Demak, Jawa Tengah. Namun nasi ancak yang dibagikan kali ini lebih sedikit dari tahun sebelumnya karena pandemi COVID-19.
"Dalam tradisi ancakan ini kita bagikan sejumlah 150 nasi kepada zahirin (peziarah), lantaran untuk mencegah adanya penularan COVID-19. Tahun Sebelumnya 400 sampai 500 nasi," kata Ketua Panitia Penjamasan dan Ancakan, Edi Mursalin, usai acara di Pendopo Pangeran Wijil V, Dukuh Kadilangu, Demak, Kamis (30/7/2020).
Edi menjelaskan, tradisi ancakan atau selametan kali ini dibatasi dalam beberapa kegiatan, seperti halnya kegiatan yang sebelumnya dilakukan di dalam pendopo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tradisi ancakan ini, lanjutnya, sudah berjalan sejak zaman dahulu, yakni pelaksanaannya sebelum prosesi penjamasan atau pemulasan pusaka keris Kyai Carubuk pada esok harinya.
"Ancakan ini sebagai rasa syukur kita kepada Allah, bisa sedekah kepada para zahirin," terangnya.
![]() |
Edi melanjutkan, nasi ancak ini terdiri dari nasi, urap gudhangan, lalu dibungkus daun jati, dan diletakkan di atas ancak atau kayu bambu.
"Nasi tersebut suguhan bagi zahirin yang didahului doa, ritual dan sebagainya, dan diperebutkan oleh masyarakat umum untuk ngalap berkah," imbuh Edi.
Edi berharap, penjamasan kali ini berjalan lancar, tertib, aman.
"Karena kita itu, menghadapi hal-hal di luar pemikiran kita, contohnya, kita selesai penjamasan pusaka keris Kyai Carubuk kita kembalikan ke peti, itu tidak bisa. Setelah itu kita berdoa kepada Allah lantaran Sunan Kalijaga (Raden Said), kemudian pusaka Kyai Carubuk bisa dikembalikan ke peti semula," ungkapnya.
(rih/mbr)