Fenomena embun es di dataran tinggi Dieng merupakan salah satu anomali cuaca ekstrem. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Banjarnegara menyebut di Indonesia peristiwa ini hanya mungkin terjadi di dataran tinggi.
BMKG mengungkap ada beberapa faktor-faktor yang jadi pemicu terjadinya embun es. Salah satunya disebabkan karena faktor lokal. Dinginnya suhu di dataran tinggi ini karena pada lapisan troposfer dan profil suhu udara akan mengalami penurunan terhadap ketinggian suatu tempat.
"Sehingga peristiwa embun es di Indonesia hanya mungkin terjadi di dataran tinggi. Kompleksitas bentuk muka tanah seperti gunung dan lembah turut menyumbang variasi suhu permukaan," kata Kepala Kelompok Teknisi Stasiun Geofisika Banjarnegara Haryanta di kantornya, Banjarnegara, Kamis, (28/7/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, lanjut Haryanta, vegetasi dan danau di sekitar juga berkontribusi terhadap variasi kelembapan udara di lokasi tersebut. Belum lagi saat musim kemarau, kondisi langit relatif tidak ada tutupan awan. Sehingga, pada siang hari radiasi matahari akan langsung menerpa daratan sehingga akan terasa lebih terik.
"Tetapi kebalikannya ketika malam hari, radiasi matahari yang tersimpan pada siang hari tersebut akan terpancar tanpa hambatan. Sehingga suhu udara akan terasa sangat dingin terutama pada dini hari menjelang pagi," urainya.
Ia juga menjelaskan, musim kemarau di Indonesia secara regional dipengaruhi oleh mesin cuaca dinamakan munson Australia. Pada musim ini ada embusan massa udara besar-besaran yang bersifat kering dan dingin ke Indonesia.
"Saat kemarau, Benua Australia ibarat memiliki mesin kipas angin raksasa, yang menghembuskan massa udara yang bersifat kering dan dingin ke Wilayah Selatan Garis Ekuator Indonesia. Dataran Tinggi Dieng berada pada ketinggian rata-rata Β± 2000 mdpl. Saat musim kemarau, suhu dapat mencapai 0 ΒΊC atau lebih rendah lagi," paparnya.