Seorang guru sekolah dasar (SD) di Kabupaten Magelang, Hendricus Suroto (59) berinisiatif mendatangi siswa yang terkendala sinyal dan ponsel untuk belajar online dari rumah saat pandemi virus Corona atau COVID-19. Kehadiran Suroto di rumah siswa untuk belajar tatap muka tetap mengutamakan protokol kesehatan.
Suroto merupakan guru SD Kanisius Kenalan, Jalan Jagalan-Suroloyo Km 4, Wonolelo, Kenalan, Borobudur, Magelang. Lokasinya berada di perbukitan Menoreh atau berbatasan langsung dengan Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Semenjak adanya pandemi COVID-19, mulai tanggal 17 Maret 2020 sekolah tempatnya mengabdi meliburkan aktivitas belajar tatap muka di kelas. Proses pembelajaran dialihkan menggunakan sistem daring atau online.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk belajar online, siswa yang tinggal di wilayah perbukitan Menoreh menemui kendala sinyal yang kurang bagus. Selain masalah sinyal, ada beberapa orang tua siswa yang HP belum mendukung untuk sistem belajar online. Sehingga, Suroto berinisiatif mendatangi para siswa dengan pembelajaran tatap muka secara berkelompok di dusun-dusun.
"Awalnya dengan sekolah diliburkan, kemudian dari sekolah berusaha untuk melakukan anjuran dari pemerintah dengan daring. Tapi dengan itu (online), ternyata juga banyak dari orang tua itu, pertama tentang sinyalnya yang sulit. Kemudian juga masih ada juga orang tua HP-nya belum Android sehingga tidak bisa secara daring," kata Suroto saat ditemui di sela-sela mengajar kelompok siswa di Dusun Plengan, Desa Banjaroyo, Kalibawang, Kulon Progo, Senin (20/7/2020).
Seperti pagi ini, Suroto berangkat dari sekolah menuju rumah siswanya. Adapun siswa yang didatangi ada tiga anak yakni Fransisca Dania Areta Tiana (8), siswa kelas 3; Margaretha Wiji Wijayanti (8), siswa kelas 2; dan Bernadina Rosari Silvia Okta Kinanti (8), siswa kelas 3. Ketiganya belajar berkelompok di rumah Areta.
"Langkah saya, kurang lebih satu minggu setelah tidak sekolah, saya bersama teman untuk mendatangi ke rumah-rumah maupun mendatangi anak untuk belajar bersama. Ternyata orang tua juga kurang memahami, banyak sekali yang kurang memahami materi yang disampaikan oleh guru-guru dengan daring," ujar Suroto.
"Dengan kedatangan guru, tanggapan orang tua sangat senang bisa menjelaskan materi yang kurang paham dan anak senang bisa bertemu dengan guru. Anak saat kesulitan bisa bertanya," sambungnya.
![]() |
Suroto tinggal di Desa Kenalan, Kecamatan Borobudur, Magelang. Dia mengajar di SD Kanisius Kenalan sejak tahun 1985. Untuk saat ini, sebenarnya dia sudah purnatugas namun masih diperbantukan mengajar siswa kelas 3.
Siswa kelas 3 ada 15 anak dengan rincian 5 anak berasal dari wilayah Kulon Progo dan 10 anak dari wilayah Kabupaten Magelang. Ia mendatangi para siswa inisiatif sendiri agar proses pembelajaran tetap berlangsung dengan menerapkan protokol kesehatan.
"Ini bukan perintah sekolah. Ini inisiatif sendiri karena saya sebagai pendamping anak, kalau secara daring terus sepertinya kurang maksimal. Dalam arti bahwa anak hanya mengerjakan tugas terus, tapi kadang dari tugas itu belum memahami," ujarnya.
Ia pun tidak setiap hari mendatangi siswa untuk belajar bersama. Namun menentukan kelompok mana yang akan didatangi, kemudian dalam sehari bisa dua kelompok sekaligus didatangi mulai pagi. Setelah selesai, kemudian bergantian menuju kelompok lainnya.
"Tidak setiap hari keliling, tetapi persiapan tugasnya yang harus saya sampaikan. Kemudian di kelompok mana nanti, dalam satu hari ini dua kelompok. Jamnya diatur, satu kelompok mulai pagi mulai jam 08.00 WIB, sebelumnya persiapan. Terpenting adalah dengan protokol kesehatan," kata dia.
"Anak-anak tetap pakai masker, cuci tangan dan tetap menjaga jarak. Kemudian rata-rata satu kelompok menggunakan waktu untuk 2 sampai 3 jam. Kemudian berganti ke kelompok lain," tutur Suroto yang memiliki dua cucu itu.
Suroto pun mengaku menemui kendala terutama saat musim hujan lalu. Kemudian, saat berupaya menghubungi anaknya tidak bisa, dia terpaksa harus mendatangi dan mengumpulkan di satu tempat.
"Kendala tentu ada. Kadang-kadang pas kemarin musim hujan, kehujanan. Tapi bagaimanapun kendala, tapi harus saya tempuh. Kendala lain, kalau anak-anak tidak kontak langsung, jadi harus mengumpulkan," ujarnya.
Salah satu orang tua siswa, Petrus Maryana mengaku senang sekali karena salah satu gurunya bisa datang. Untuk itu, anak-anak bisa belajar langsung mengenai tanaman dan pertanian.
"Saya merasa senang sekali. Anak-anak juga tahu soal pertanian dan tumbuh-tumbuhan serta bisa melakukan apa yang diperintahkan Pak Guru," ujar Maryana.
Menyinggung soal belajar online, kata dia, kesulitannya adalah soal sinyal. Untuk itu, kedatangan guru di rumahnya sangat membantu proses belajar mengajar.
"Kesulitan masalah sinyal di sini memang sulit, kadang kalau online masuknya lama sekali. Kedatangan Pak Suroto sangat membantu dalam mendidik anak-anak," katanya.
![]() |
Sementara itu, salah satu siswa, Areta mengaku senang didatangi gurunya. Ia belajar di rumah sudah berlangsung selama empat bulan ini.
"Senang. Tadi belajar tumbuhan. Belajar di rumah sudah empat bulan. Belajar pakai HP susah karena sinyal," ujarnya.
Hal senada disampaikan Silvia. Ia juga merasa senang didatangi gurunya dan keinginannya untuk bersekolah kembali.
"Senang. Penginnya sekolah lagi kayak dulu. Di rumah sudah empat bulan dan membantu orang tua," tuturnya.