Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Solo mengumumkan penambahan 18 kasus baru yang membuat wilayah ini pecah rekor. Bahkan Gugus Tugas mengistilahkan zona merah menjadi Solo zona hitam Corona. Seperti apa gambarannya?
Selama ini penambahan kasus positif Corona di Solo cenderung terkendali pada angka 1-2. Sering kali juga tak ada penambahan kasus baru dalam waktu yang lama.
Namun, pada Minggu (12/7), kasus baru tiba-tiba melonjak hingga 18. Jumlah kumulatif kasus dari 45 menjadi 63 orang positif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Biasanya tambah 1-2 orang, hari ini tambah 18 orang. Sudah bukan zona merah lagi, zona hitam," kata Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Solo Ahyani kepada wartawan, Minggu (12/7).
Dari jumlah kumulatif 63 orang positif pada Minggu kemarin, rinciannya yakni 22 dirawat, 4 meninggal, dan 37 sembuh.
Kemudian data kasus pasien dalam pengawasan (PDP) virus Corona di Solo, ada penambahan 3 kasus baru. Jumlah PDP kumulatif ada 292 PDP dengan rincian 8 orang masih dirawat, 246 orang sembuh, dan 38 orang meninggal.
Penambahan 18 kasus positif disebut banyak disumbang dari klaster tenaga kesehatan (nakes) RSUD dr Moewardi (RSDM). Seperti diberitakan, 25 dokter yang tengah menempuh Program Pendidikan Dokter Spesialis (PDSS) Paru Universitas Sebelas Maret (UNS) di RSDM dinyatakan positif virus Corona pada Sabtu (11/7) malam.
"Dari 25 orang itu, yang dinotifikasi sebagai warga Solo ada 15 orang. Tiga orang lainnya masyarakat umum selain nakes," ujar dia.
Dari tiga orang non-nakes itu, salah satunya adalah bayi 1 tahun asal Kelurahan Mojosongo. Lalu ada seorang anggota DPRD Jawa Tengah dari Partai Golkar bernama Syamsul Bahri. Syamsul dinyatakan meninggal pada Minggu malam.
Dengan meninggalnya Syamsul Bahri, jumlah kematian karena virus Corona di Solo bertambah menjadi lima orang. Terakhir kali Pemkot Solo mencatatkan kasus kematian karena positif virus Corona, yakni pada 29 April 2020.