Gugus Tugas Pencegahan dan Pengendalian Corona atau COVID-19 Kabupaten Klaten, Jawa Tengah mulai membuka lampu hijau untuk para seniman berkegiatan. Namun pentas yang diizinkan masih sebatas virtual dan tetap menaati protokol kesehatan.
"Kegiatan kesenian secara virtual tidak masalah. Namun harus tetap waspada menerapkan protokol COVID sebab kondisi pandemi masih fluktuatif," ungkap Koordinator Wilayah Gugus Tugas Pencegahan dan Pengendalian Corona atau COVID-19 Klaten, Roni Reokmito kepada detikcom, Minggu (12/7/2020).
Roni mengatakan kelonggaran diberikan setelah Klaten diumumkan masuk zona rendah Corona. Pengumuman zona rendah itu dari BNPB sejak tanggal 5 Juli.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Betul. Saat ini Klaten di zona rendah atau kuning telah diumumkan BNPB dan dewan kesenian berencana mengadakan pentas dan sarasehan tapi mungkin izinnya di Dinas Budparpora," lanjut Roni.
Terpisah, Ketua Harian Dewan Kesenian Klaten, FX Setyawan mengatakan akan menggelar sarasehan pentas seni di 17 kecamatan dan 14 pentas wayang kulit virtual.
"14 pentas yakni 12 pentas wayang kulit kecamatan dan dua pentas wayang kulit tingkat kabupaten. Semuanya dilaksanakan memakai protokol kesehatan pencegahan COVID-19," jelas Setyawan.
Sarasehan seni pada masa pandemi, kata Setyawan, digelar dengan kapasitas terbatas, peserta maksimal 60 orang dengan menerapkan protokol kesehatan. Wayang virtual juga dengan penonton terbatas.
"Ada 12 pentas dengan penonton terbatas dan masyarakat bisa menonton melalui live streaming kanal YouTube Dewan Kesenian Klaten dan Instagram," imbuh Setyawan.
Sementara itu, Ketua Seniman Seniwati Klaten (Sekaten) Sigit Tatmoko mengatakan perwakilannya sudah ke DPRD Klaten pekan lalu. Perwakilan seniman menyampaikan aspirasi.
"Intinya kita minta bantuan agar DPRD menyikapi terpuruknya nasib pelaku seni. Harapan kami untuk diizinkan pentas lagi. Kami siap dengan protokol kesehatan," jelas Sigit saat dihubungi detikcom.
Menurut Sigit, maklumat Kapolri mengenai kerumunan massa sudah dicabut sehingga mestinya tidak masalah. Paguyuban baru mempersiapkan surat permohonan untuk ketemu Kapolres Klaten.
"Kami mau bertemu Kapolres. Jujur mayoritas kehidupan kami hanya mengandalkan di dunia seni dan sebagian besar tidak ada kerjaan lain sehingga di masa pandemi sangat terasa banget dampaknya," tambah Sigit.
Selama ini, imbuh Sigit, sebagian anggota beralih profesi. Ada yang dagang, ada buka usaha kuliner, makelaran dan apa saja yang bisa untuk bertahan hidup.
"Apa saja dilakukan dan semua itu tidak bisa untuk mengangkat perekonomian. Dagang pun juga tidak mudah," pungkas Sigit.