Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mengungkapkan bahwa saat ini badan Gunung Merapi sudah mengalami penggembungan. Melihat deformasi yang terjadi, BPPTKG memperkirakan perilaku erupsi Merapi akan mengikuti erupsi tahun 2006.
"Kondisi Merapi saat ini status masih waspada. Memang ada penggembungan tubuhnya, tetapi kecepatannya sampai sekarang adalah 0,5 sentimeter per hari," kata Kepala BPPTKG Yogyakarta Hanik Humaida kepada wartawan di Pos Pengamatan Gunung Api Merapi, Desa Jrakah, Kecamatan Selo, Boyolali, Rabu (8/7).
Baca juga: Waspada, Gunung Merapi Menggembung |
Penggembungan yang terjadi saat ini, kata Hanik, masih kecil. Namun kewaspadaan tetap diperlukan. Penggembungan itu bisa menjadi indikasi akan terjadi erupsi atau tumbuh kubah lava.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dua hari kemudian, Hanik menyatakan bahwa dilihat dari deformasi yang terjadi, pihaknya memperkirakan jika terjadi erupsi, perilaku erupsinya akan mengikuti erupsi tahun 2006.
"Perilaku deformasi saat ini lebih mengikuti perilaku deformasi menjelang erupsi 2006, sehingga perilaku erupsi nantinya diperkirakan akan mengikuti perilaku erupsi 2006," kata Kepala BPPTKG Hanik Humaida dalam keterangannya, Jumat (10/7).
Tonton juga 'Usai Erupsi Merapi, Balai Konservasi Turun Bersihkan Candi Borobudur':
Erupsi Gunung Merapi tahun 2006 terjadi cukup besar dan memakan korban jiwa, termasuk korban yang saat itu terperangkap di dalam bunker. Kondisi letusan Merapi saat itu, diperparah dengan terjadinya gempa yang melululantakkan sebagain Yogya dan Klaten dengan yang memakan ribuan korban jiwa.
Kondisi ini segera disambut oleh Gubernur Jateng dan DIY, karena letak Gunung Merapi memang berada di perbatasan kedua provinsi tersebut. Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, meminta warga berlatih evakuasi pengungsian dengan protokol kesehatan karena sedang terjadi Pandemi Corona.
Daerah-daerah di sekeliling Merapi juga segera bersiap. Pemkab Sleman langsung melakukan koordinasi dengan BNPB dan BPPTKG guna menyusun rencana kontingensi terbaru mengantisipasi kondisi terakhir Gunung Merapi.
BPBD Kabupaten Boyolali, melakukan sosialisasi kepada masyarakat, khususnya di kawasam rawan bencana (KRB) III. Pihaknya pun telah mendata jumlah warga di 3 desa teratas (KRB III) sebanyak 10.189 jiwa; di Desa Klakah terdapat 2.973 jiwa, di Desa Jrakah ada 4.430 jiwa dan Desa Tlogolele sebanyak 2.786 jiwa.
Di Kabupaten Magelang, langkah prioritas yang dilakukan BPBD terutama di 19 desa yang berada di kawasan rawan bencana (KRB) III. 19 desa yang berada di wilayah KRB III tersebut masuk Kecamatan Dukun, Srumbung dan Sawangan. Saat ini, 19 desa itu telah melakukan kerja sama dengan desa penyangga atau sister village. Desa penyangga itu tersebar di 42 desa yang berada di delapan kecamatan.
Sedangkan di Klaten, BPBD setempat mencatat ada 10.100 jiwa di tiga desa yang rawan mengungsi jika terjadi peningkatan aktivitas Gunung Merapi. Tiga desa itu berada di kawasan rawan bencana (KRB) III di Kecamatan Kemalang, Klaten.
"Di tiga desa, yaitu Desa Balerante kita petakan ada 2.400 jiwa, Desa Sidorejo ada 5 ribu jiwa dan Desa Tegalmulyo ada 2.700 jiwa. Itu masih asumsi dengan dasar data terakhir bulan Mei 2018," kata Kabid Logistik dan Kedaruratan BPBD Pemkab Klaten Sri Yuwana Haris Yulianto kepada detikcom di kantornya Jalan Sulawesi, Klaten, Jumat (10/7).