Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mengungkapkan ada deformasi pada tubuh Gunung Merapi. Melihat deformasi itu, BPPTKG memperkirakan perilaku erupsi Merapi akan mengikuti erupsi tahun 2006.
"Perilaku deformasi saat ini lebih mengikuti perilaku deformasi menjelang erupsi 2006, sehingga perilaku erupsi nantinya diperkirakan akan mengikuti perilaku erupsi 2006," kata Kepala BPPTKG Hanik Humaida dalam keterangannya, Jumat (10/7/2020).
Hanik menjelaskan aktivitas Gunung Merapi dipantau dengan berbagai metode dan peralatan, misalnya metode seismik, deformasi, geokimia. Metode deformasi merupakan metode untuk mengetahui perubahan bentuk tubuh gunung akibat aktivitas magma.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Salah satu cara untuk mengukur deformasi adalah dengan metode EDM (Electronics Distance Measurements). Prinsip kerja metode ini adalah alat akan memancarkan sinar inframerah ke reflektor yang dipasang di tubuh gunung api, lalu reflektor akan memantulkan kembali sinar tersebut ke alat," ungkapnya.
"Jarak antara alat dan reflektor di tubuh gunung diukur setiap hari, sehingga jika ada penggembungan (inflasi) dapat terdeteksi," lanjutnya.
Lebih lanjut, Hanik mengungkapkan perbandingan deformasi pada erupsi Merapi diukur dengan EDM. Saat erupsi tahun 2006 deformasi Merapi diukur dari Pos Kaliurang per hari yaitu 4 cm/hari, sedangkan dari Pos Babadan per hari tercatat 0,7 cm/hari.
Tonton video 'Usai Erupsi Merapi, Balai Konservasi Turun Bersihkan Candi Borobudur':
BPPTKG juga mengingatkan potensi ancaman luncuran awan panas jika terjadi erupsi...
Untuk erupsi Merapi tahun 2010, deformasi Merapi diukur dari Pos Kaliurang sebesar 10 cm/hari. Jika dihitung sebelum satu bulan sebelum erupsi, total laju deformasi 300 cm.
Sementara pada erupsi tahun 2018-2020, deformasi Merapi terpantau dari Pos Babadan dengan laju deformasi 0,5 cm/hari.
Berdasarkan data itu, Hanik menyampaikan bahwa potensi bahaya berupa luncuran awan panas. Jarak bahaya masih dalam radius 3 kilometer dari puncak Merapi. Hingga saat ini, status Merapi masih waspada sejak 21 Mei 2018.
"Tak lupa kami sampaikan bahwa potensi ancaman bahaya saat ini berupa luncuran awan panas dari runtuhnya kubah lava dan lontaran material akibat erupsi eksplosif. Rekomendasi jarak bahaya dalam radius 3 kilometer dari puncak Merapi," tutupnya.
(rih/ams)