Tradisi cukur rambut gimbal di dataran tinggi Dieng tetap digelar meski tidak besar-besaran seperti pada Dieng Culture Festival (DCF). Tahun ini bocah yang menjalani ritual cukur rambut gimbal itu bernama Hafizul Aksa (6).
Warga Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur Banjarnegara itu punya permintaan unik yang harus dipenuhi agar rambut gimbalnya itu tidak tumbuh lagi setelah dicukur. Meski baru berusia 6 tahun, anak pasangan Tuwarno (34) dan Mualimah (28) ini meminta sepeda motor trail.
"Sepeda motornya mau digunakan untuk jalan-jalan," kata Aksa singkat usai jalani ruwatan di rumahnya Desa Dieng Kulon Kecamatan Batur, Banjarnegara, Rabu (17/6/2020) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sesepuh Dieng sekaligus kakek Aksa, Samin, mengatakan permintaan tersebut sudah disampaikan sejak Aksa kecil. Permintaan tersebut disampaikan secara spontan dan tidak berubah meski ditanya berulangkali.
![]() |
"Dari dulu bilangnya minta motor trail. Tidak tahu melihat dari mana, tapi spontan aja minta motor trail," kata Samin.
Simak video 'Suhu di Dieng Kembali Normal, Embun Es Tak Terbentuk':
Selanjutnya cerita soal ibu Aksa yang juga sempat gimbal...
Setiap anak berambut gimbal mempunyai permintaan unik yang harus dipenuhi saat diruwat. Samin lalu mengenang permintaan Mualimah, ibu Hafizul Aksa, yang meminta ayam jago.
"Dulu ibunya Hafizul Aksa ini juga gimbal rambutnya. Saat diruwat meminta ayam jago," cerita Samin.
Warga percaya jika permintaan tidak dipenuhi, rambut anak yang sudah diruwat akan tumbuh gimbal kembali. Berbeda saat festival, jika ruwatan ini dilakukan mandiri maka permintaan anak harus dibelikan orang tuanya.
"Kalau di Dieng Culture Festival, yang membelikan dari panitia. Kalau mandiri orang tua si anak," jelasnya.
Hafizul Aksa mulai tumbuh gimbal sejak usia 2 tahun. Seperti anak rambut gimbal lainnya, tumbuhnya rambut diitandai dengan panas tinggi hingga kejang.
"Awalnya itu panas tinggi, dan untuk mencukur harus ada ritual dan memenuhi permintaan khusus dari anak tersebut," katanya.