9 Keluarga di Sragen Mundur PKH, Ada Difabel dan Penjual Pecel

Pandemi Corona

9 Keluarga di Sragen Mundur PKH, Ada Difabel dan Penjual Pecel

Andika Tarmy - detikNews
Selasa, 12 Mei 2020 03:44 WIB
Sumarno, penyandang disabilitas di Sragen memutuskan mundur dari PKH
Foto: Sumarno, penyandang disabilitas di Sragen memutuskan mundur jadi penerima PKH. (Andika Tarmy/detikcom(
Sragen -

Di tengah pandemi virus Corona atau COVID-19, sembilan keluarga di Desa Bedoro, Kecamatan Sambungmacan, Sragen justru memutuskan mundur dari program keluarga harapan (PKH). Mereka minta dicoret dari daftar karena berharap bantuan tersebut bisa dialihkan kepada warga yang lebih membutuhkan.

Dari sembilan keluarga yang memutuskan mundur PKH itu, satu di antaranya merupakan penyandang difabilitas. Kemudian seorang lagi merupakan penjual pecel.

"Sembilan keluarga tersebut menyatakan mundur dari PKH saat proses validasi. Mereka mengaku sudah mampu hidup mandiri. Ada juga yang mengaku malu, karena merasa masih ada warga lain yang lebih berhak mendapatkan bantuan," ujar Kepala Desa Bedoro, Prihartono saat ditemui detikcom, Senin (11/5/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Prihartono mengapresiasi langkah sembilan keluarga yang sukarela mundur sebagai penerima manfaat. Padahal selama ini tak sedikit warga yang secara ekonomi sudah mandiri namun masih nyaman terdaftar sebagai penerima bantuan.

"Kami selaku pihak desa salut dengan mereka. Karena di tengah kondisi sulit karena pandemi, mereka masih sanggup memikirkan warga lain yang lebih membutuhkan," tuturnya.

ADVERTISEMENT

Prihartono menyebut di Desa Bedoro saat ini terdapat 229 keluarga yang masuk dalam daftar PKH. Mundurnya sembilan keluarga ini akan dilaporkan ke petugas terkait agar segera diproses.

"Sehingga nanti jika Desa Bedoro masih mendapatkan jatah, bisa dialihkan ke keluarga lain yang membutuhkan. Ke depan, secara periodik enam bulan sekali juga akan kami adakan validasi untuk memastikan bantuan pemerintah tepat sasaran," kata Prihartono.

Salah satu yang mengundurkan diri adalah penyandang disabilitas bernama Sumarno (41). Sumarno yang menderita cacat pada kedua tangannya ini mengaku ikhlas mundur dari daftar PKH karena merasa ekonominya sudah cukup stabil tanpa bantuan dari pemerintah.

"Saya merasa pekerjaan saya saat ini sudah cukup bisa menghidupi istri dan dua anak saya. Sehingga dengan mundurnya saya, bantuan ini bisa dialihkan ke keluarga lain yang lebih membutuhkan," papar Sumarno.

Meski memiliki keterbatasan fisik, Sumarno sehari-hari bekerja sebagai sopir mobil angkut. Kondisi ekonominya semakin membaik setelah menekuni usaha beton gorong-gorong melalui KUBE bersama penyandang difabilitas lain.

Padahal jika menilik keterbatasan fisiknya, serta kondisinya yang masih menanggung dua anak di bangku sekolah, Sumarno masih layak mendapatkan bantuan PKH.

"Sudah menjadi cita-cita saya sejak dulu untuk bisa keluar dari daftar PKH. Alhamdulilah sekarang bisa tercapai," ujarnya.

Hal senada diungkapkan Rebi (52), warga Dusun Bero yang kesehariannya berjualan pecel di rumahnya. Rebi mengaku ikhlas mundur dari daftar PKH, karena kondisi perekonomiannya semakin membaik.

"Saya menerima bantuan PKH setahun terakhir. Dulu memang kondisi rumah saya masih berdinding anyaman bambu. Dulu masih sering jebol terkena banjir," kata Rebi.

Rebi mengatakan seiring berjalannya waktu, warung pecelnya semakin ramai. Perlahan Rebi pun mulai bisa membangun rumahnya secara permanen.

"Sekarang sudah ikhlas mundur. Stiker miskin juga sudah tidak ditempel di depan rumah," ucapnya bangga.

Halaman 2 dari 2
(ams/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads