Salah seorang alumnus UII berinisial IM tersangkut dugaan pelecehan seksual. Saat kasus pelecehan ini mencuat, IM diketahui tengah melanjutkan kuliah di Melbourne, Australia.
Berdasar penelusuran detikcom, IM juga sempat mengunggah klarifikasi di akun Instagram pribadinya lima hari yang lalu atau tepatnya pada Kamis (30/4). detikcom lantas menghubungi pihak kampus UII guna memastikan akun tersebut.
Ketua Tim Pendampingan Psikologis dan Bantuan Hukum UII Syarif Nurhidayat mengatakan jika akun tersebut milik IM.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Akun itu akun pibadi IM? Setahu kami seperti itu," kata Syarif kepada detikcom melalui pesan singkat, Senin (4/5/2020).
IM diketahui sudah mengunggah klarifikasi di akun pribadinya. Klarifikasi itu ditulis tangan di tiga lembar kertas pada 30 April 2020 di Melbourne, Australia. detikcom pun sudah berusaha untuk menghubungi IM melalui direct message (DM). Namun hingga berita ini ditulis, IM belum memberikan respons.
Begini isi klarifikasi lengkap IM yang diunggah di akun Instagram pribadinya seperti dikutip detikcom:
(lihat halaman berikutnya)
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Pertama, saya pribadi meminta maaf atas pemberitaan yang beredar tentang diri saya yang mungkin sudah mengganggu kelangsungan ibadah sahabat-sahabat semua.
Kedua, mohon maaf saya baru klarifikasi tentang hal ini karena baru mengaktifasi kembali sosmed saya. Karena saya punya kebiasaan dari dulu untuk menonaktifkan sosial media disaat masa-masa krusial penting seperti Ramadhan dan ujian agar saya isa lebih fokus. Dengan ini saya hanya ingin menjalankan prosedur Allah, yaitu jika ada berita fasik menghampirimu 'Maka bertaayunlah'. Jadi ini adalah salah satu cara terbaik yang bisa saya lakukan disaat saya jauh dari tanah air.
Mengenai pemberitaan yang beredar sekarang, jujur ingin saya katakan dari lubuk hati yang terdalam bahwa saya kaget dan terpukul. Tanpa ada ruang klarifikasi dan tabayyun, saya seperti mendapat serangan fajar yang mengarah pada diri saya (character Assasination) yang ini pasti sangat memukul hati saya apalagi disaat yang bersamaan saya sedang tidak aktif sosmed, berjiaku dengan tugas akhir, wabah COVID, dan pastinya ditengah kekhusuan ibadah di ulan suci Ramadhan ini. Bahkan sebelum pemberitaan menyebar, tidak ada satupun pihak yang menghubungi saya, meminta klarifikasi, atau tabayyun. Sehingga ketika berita tersebar secara cepat dan masif, saya tidak punya kesempatan untuk membela diri.
Terima kasih untuk sahabat saya yang telah memberi tahu tentang kejadian ini tepat setelah saya menunaikan shalat maghrib beberapa saat lalu. Sehingga saya bisa melakukan hal-hal konkrit untuk melakukan klarifikasi dari pemberitaan dan stigmasisasi yang terjadi.
Sebagai seorang muslim dan warga negara yang baik, saya memahami dengan akses digital yang terbuka, setiap orang memiliki hak untuk menyebarkan pemberitaan. Bebas untuk meghujat, memfitnah, menyimpan hasad, framing, atau apapun itu dr sosial media tanpa batasan. Dan saya tidak punya kuasa untuk menghalangi itu semua, kerena itu hak prerogratif tiap individu. Apalagi saya di posisi yang sedang jauh dari tanah air dan off sosial media.
Tapi demi Allah dengan segala dzat yang ada digenggamannya, saya tidak akan membenci siapapun dan saya selalu mendoakan kebaikan bagi hati-hati yang dipenuhi dengan kebencian di bulan Ramadhan ini.
Saya selalu diajari dan dididik oleh orang tua, guru, dan dosen saya untuk menjadi pribadi yang berjiwa besar, bertanggung jawab, kooperatif dan ksatria. Jika memang ada yang pernah merasa dirugikan, sebagai warga Negara yang memiliki hak konstitusional saya persilahkan untuk menempuh jalur hukum. Hadirkan saya bersama orang yang merasa pernah dirugikan. Kita bisa saling beradu argumen dan klarifikasi dengan cara yang baik 'wa jaadilhum billahi hiya aksan' untuk mengetahui siapa yang benar dan siapa yang salah. Saya siap untuk meneria segala konsekuensi apapun, baik benar maupun salah dengan pembuktian hukum yang sah. Tapi nanti setelah memaik, karena sekarang dunia sedang dalam wabah COVID terisolasi dan sata sedang tidak di Indonesia, insyaallah saat ini saya dalam tahapan finalisasi tugas akhir. Saya meyakini bahwa kebenaran hanya akan bisa ditempuh melalui pengafilan bukan dengan cara seperti ini yang bias dan penuh dengan narasi penggiringan opini.
Bagi siapapun sahabat-sahabat yang sudah membuat narasi, opini, stigmasisasi, atau apapun itu yang sudah merugikan saya, harga diri saya, keluarga, orang terdekat, dan almamater. Saya sudah memaafkan sebelum kalian menyadari kesalahan ini. Saya tidak ingin ada kebencian dan dendam dalam hati ini, saya ikhlash menerima ini semua. Karena apa yang terjadi pada hari ini sudah menjadi takdir Allah untuk saya, yang insyaallah akan menjadikan saya pribadi yang lebih baik lagi kedepannya.
Jujur saya menulis ini dalam keadaan sedih, bukan tentang pemberitaan, stigmasisasi, atau fitnah yang terjadi. Saya sedih mengapa ini bisa terjadi ketika diri saya sedang dekat sekali dengan Rabbku di bulan suci Ramadhan yang penuh dengan Rahmat, hidayah, dan maghfirah ini.
Terimakasih, semoga ini bisa menjadi klarifikasi untk meluruskan semuanya. Saat ini saya sedang berada jauh dari tanah air, tidak punya siapa-siapa disini kecuali Allah. Setelah klarifikasi ini saya tulis, maka saya serahkan semua kepada Nya. Hanya kepadanyalah saya bertawakal dan hanya kepada Nyalah saya menyerahkan segala perkara.
Laa Ghaliba Illallah Wa laa Haula walaa Quwwata Illa Billah
Melbourne, 30 April 2020
IM