Solo Galakkan Ronda Saat Pandemi, Sosiolog: Bisa Kontraproduktif

Solo Galakkan Ronda Saat Pandemi, Sosiolog: Bisa Kontraproduktif

Bayu Ardi Isnanto - detikNews
Kamis, 23 Apr 2020 11:34 WIB
Pekerja membuat kentongan dari bambu di Cokro, Tulung, Klaten, Jawa Tengah, Senin (20/4/2020). Sedikitnya 650 kentongan dibuat untuk memenuhi permintaan di Kota Solo sebagai alat komunikasi tradisional yang dapat digunakan oleh warga saat menjaga keamanan kampung di malam hari di tengah situasi pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/wsj.
Pekerja membuat kentongan dari bambu di Cokro, Tulung, Klaten, Jawa Tengah. (Aloysius Jarot Nugroho/Antara Foto)
Solo -

Kekhawatiran masyarakat akan peningkatan kasus kejahatan saat pandemi virus Corona atau COVID-19 membuat Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo menggalakkan kembali ronda malam. Sosiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Nurhadi mengatakan, jika ronda tersebut dilakukan seperti biasanya, justru kontraproduktif dengan upaya pencegahan penularan wabah.

Ronda virtual diusulkan karena saat ini masih dalam keadaan pandemi Corona. Masyarakat diminta memanfaatkan teknologi yang sudah ada, seperti ponsel pintar.

Setiap rumah diminta mengawasi sendiri keadaan sekitarnya. Apabila ada yang mencurigakan, warga diminta segera melaporkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Alih-alih kentongan, saat ini masyarakat justru telah lebih maju dengan memanfaatkan teknologi informasi. Hampir semua RT memiliki grup WhatsApp. Kalau ada yang mencurigakan, langsung disampaikan ke grup," kata Nurhadi saat dihubungi detikcom, Kamis (23/4/2020).

Selain itu, melalui grup, warga dapat saling mengingatkan. Misalnya jika ada tetangga yang lupa memasukkan kendaraan atau lupa menutup pagar.

ADVERTISEMENT

"Media komunikasi semacam ini cukup efisien untuk meningkatkan kewaspadaan warga. Warga dapat saling menginformasikan hal-hal yang mencurigakan atau mengingatkan," katanya.

Kalaupun Pemkot Solo ingin menerapkan ronda malam, Wali Kota diminta menjabarkan dengan detail aturannya agar ronda malam tidak menjadi sumber penularan virus.

Sosiolog Minta Masyarakat Saling Bantu di Tengah Pandemi Corona:

"Pak Wali (Wali Kota) perlu menjabarkan lagi teknis ronda yang beliau usulkan. Kalau ronda tersebut dilakukan sebagaimana ronda biasanya, justru hal tersebut kontraproduktif dengan upaya pencegahan penularan wabah," ujar dia.

Sementara itu, pakar sosiologi dari FISIP UNS lainnya, Drajat Tri Kartono, menambahkan pada dasarnya ronda malam sebaiknya dilakukan setiap hari, baik dalam kondisi normal maupun seperti saat ini.

"Karena sekarang masyarakat urban hubungan antarwarga itu berdasarkan fungsi. Kalau sekarang dikembalikan menjadi solidaritas mekanis, seperti ronda, gotong royong, itu akan baik," ujar Drajat.

Namun, dengan adanya pandemi virus Corona, ronda tetap diminta menerapkan protokol kesehatan. Misalnya dengan mengatur jumlah petugas dan tetap menjaga jarak.

"Jangan sampai orang ronda itu malah ngopi-ngopi, kumpul-kumpul, malah jadi sumber penularan. Yang penting tetap jaga jarak, diikuti betul protokol kesehatannya," tutupnya.

Halaman 2 dari 2
(sip/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads