Fenomena munculnya cacing tanah dalam jumlah banyak di wilayah Klaten dan Solo belum bisa dipastikan penyebabnya. Namun peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM) menilai ada perubahan mendadak di lingkungan tanah cacing tersebut.
"Kalau migrasinya besar-besaran berarti ada perubahan mendadak di dalam tanah. Bisa karena panas atau banyaknya air dalam tanah tersebut," kata peneliti pada Laboratorium Sistematika Hewan Fakultas Biologi UGM, Soenarwan Hery P kepada detikcom, Senin (20/4/2020).
Hery yang sedang mengembangkan pupuk organik dengan cacing di Klaten menjelaskan cacing tanah dalam hidupnya memerlukan kondisi lingkungan tertentu. Aspek kelembapan, suhu, kadar air, dan lainnya sangat diperlukan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi memerlukan kelembaban, suhu, kadar air, dan lainnya karena bernapas melalui kulit. Kalau terlalu basah dan kering pun terganggu pengambilan oksigennya," lanjut Hery.
Apabila sebelumnya hujan terus, sambung Hery, bisa saja banyak air di dalam tanah. Cacing bisa bermigrasi sedikit ke permukaan.
"Tapi jika airnya penuh akan muncul ke permukaan. Jika perubahan besar dan mendadak bisa migrasi besar," sambung Hery.
Migrasi besar cacing tanah, jelas Hery, ada yang vertikal dan horizontal. Jika dalam tanah ada perubahan besar cacing akan migrasi vertikal kemudian horizontal mencari tanah baru.
"Migrasi itu bisa terjadi jika misalnya suhu terlalu panas atau terlalu banyak air. Untuk kemungkinan aktivitas gunung bisa jadi, misalnya ada perubahan panas bumi," imbuh Hery.
Untuk mengetahui lebih detail, terang Hery, harus diketahui jenis cacingnya. Spesimen itu penting untuk penelitian lebih dalam.
"Kalau perlu sampel diambil dan diawetkan dengan alkohol. Kalau warna kulit gelap itu karena ada kelenjar minyak yang membantu bernapas saat suhu panas," jelas Hery.