Kabar meninggalnya pemilik mi ayam legendaris Bu Tumini meninggalkan duka bagi pencinta mi ayam di Yogyakarta. Penerus usaha mi ayam Bu Tumini yang legendaris itu pun menjadi sorotan.
Kabar duka meninggalnya pemilik mi ayam 'Bu Tumini' itu diunggah di akun Twitter @InfoMieAyamYK, posting-an pertama pada Sabtu (8/2) pukul 07.27 WIB. Tak lama setelah di-posting, unggahan itu langsung mendapat beragam reaksi dari netizen yang mendoakan pemilik warung legendaris itu husnul khotimah. Kata 'Bu Tumini' lalu melejit menjadi trending topic di Twitter.
Warung mi ayam Tumini terkenal di kalangan pencinta mie ayam Yogyakarta. Warungnya berlokasi di pinggir Jalan Imogiri Timur, Kelurahan Giwangan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Tepatnya di sebelah utara Terminal Bus Giwangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setiap hari mereka mampu menjual 350-500 porsi. Bahkan, untuk menikmati semangkuk mi ayam Tumini, pengunjung harus rela mengantre.
Mi ayam Tumini sudah berdiri sejak 1990-an. Saat itu Tumini beserta suaminya membuka warung mi ayam di sekitar Terminal Bus Giwangan.
"Benar, Bu Tumini jualan mi ayam. Aslinya Salatiga, suaminya di sini (Jatiayu) tapi sudah meninggal lebih duluan. Bu Tumini KTP Jatiayu," terang Kepala Desa Jatiayu, Kecamatan Karangmojo, Gunungkidul, Giyono, Sabtu (8/2/2020).
![]() |
Giyono mengatakan Tumini meninggal pada Jumat (7/2) malam. Tumini lalu dimakamkan pada Sabtu (8/2) pukul 11.00 WIB di pemakaman umum setempat.
Terpisah, anak pertama Tumini, Eko Supriyanto (41), mengatakan ibunya itu tak memiliki riwayat penyakit. Sebelum meninggal, Tumini pulang ke rumahnya di Pleret. Sesampai di rumah, Tumini mengeluhkan tidak enak badan.
"Dari cerita adik saya, jam 9 malam itu (Tumini) minta makan. Sebelumnya ngobrol sama adik saya kalau badannya kurang fit, terus minta makan," kata Eko saat ditemui di rumah Tumini, Dusun Sawahan 5, Desa Jatiayu, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, DIY, Senin (10/2).
Simak Video "Pemilik Mie Ayam Legendaris 'Tumini' Meninggal Dunia"
"Makan itu hanya habis separuh dan merasa sesak napas, terus (Tumini) mau buang air ke kamar mandi, lemes, dan duduk. Terus sama adik saya dibawa ke Rumah Sakit Rajawali Citra (Kecamatan Banguntapan, Bantul)," ucapnya.
Eko mengaku mendapat kabar ibunya Tumini masuk ke rumah sakit sekitar pukul 21.00 WIB. Mendapat kabar itu, Eko langsung bertolak ke rumah sakit.
"Jam 9 malam saya dikabari, dan tidak lama itu sekitar pukul 9.20 malam itu adik saya bilang Ibuk sudah tidak ada dan saya langsung ke sana," ucapnya.
Eko menyebutkan ibunya tidak memiliki riwayat penyakit tertentu. "Riwayat sakit tidak (ada), (Tumini) tidak mengeluhkan sakit," ujarnya.
![]() |
Eko sendiri memiliki warung mi ayam di selatan Pasar Sleman. Tak hanya Eko, anak ketiga Bu Tumini juga membuka usaha mi ayam di selatan ring road Giwangan dan Jalan Gejayan.
Kemudian anak ke-4 dan 5 Tumini juga punya usaha sendiri, meski bukan mi ayam. Lantas siapa yang bakal menjadi ahli waris warung legendaris mi ayam 'Bu Tumini' di Jl Imogiri Timur?
"Jadi besok (yang mengelola mi ayam Tumini Giwangan) ya yang buka adik saya yang itu (anak kedua Tumini). Kemungkinan yang anak kedua, mungkin dibantu adik saya yang nomor 4 dan nomor 5," ungkap Eko.
Mi ayam Tumini ini laris karena memiliki rasa yang khas, kuahnya kental, manis, dan gurih serta menggunakan mi buatan sendiri. Ada empat varian dalam menu mi ayam Tumini, yakni mie ayam Rp 10.000, mie ayam 1/2 Rp 8.000, mie ayam jumbo Rp 14.000, mie ayam ceker Rp 14.000, dan sawi ayam Rp 8.000. Sedangkan minuman yang tersedia adalah es teh, teh anget, es jeruk, dan jeruk anget, yang dipatok Rp 3.000.
Saat ini mi ayam Tumini mampu menjual ratusan porsi dalam sehari. Bahkan, dalam sehari warung mi ayam tersebut mampu menghabiskan 60-100 kilogram mi dan 30-40 daging ayam. Hari ini warung mi ayam Tumini masih tutup dan rencananya akan buka pekan depan.