Pembina Pramuka Ajarkan Tepuk 'No Kafir' Sudah Diperiksa, Ini Pengakuannya

Round-Up

Pembina Pramuka Ajarkan Tepuk 'No Kafir' Sudah Diperiksa, Ini Pengakuannya

Tim Detikcom - detikNews
Minggu, 19 Jan 2020 09:24 WIB
Foto: Suasana di SDN Timuran Kota Yogyakarta (Usman Hadi/detikcom)
Yogyakarta - Kasus Pembina Pramuka yang mengajarkan tepuk dan yel-yel 'Islam Yes, Kafir No' masih terus ditindaklanjuti. Perkembangan terakhir, Pembina Pramuka itu telah diperiksa oleh Kwarcab Gunungkidul. Apa hasilnya?

"Sudah saya panggil, kemudian dia menyatakan khilaf, dia melakukan itu (sematkan yel-yel rasis pada tepuk Pramuka) secara spontan dan menyatakan menyesal serta tidak akan mengulanginya lagi," ujar Ketua Kwarcab Pramuka Kabupaten Gunungkidul, Bahron Rasyid saat dihubungi detikcom, Rabu (15/1) malam.

Pembina Pramuka tersebut, kata Bahron, juga deriksa oleh Dewan Kehormatan Kwarcab. Dia menjamin hal serupa tak akan terjadi lagi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami (Kwartir cabang Gunungkidul) telah melakukan rapat dan memerintahkan dewan kehormatan kwartir cabang untuk memeriksa yang bersangkutan dan melaporkan," katanya.

Menyoal sanksi, Bahron mengaku belum bisa menentukannya. Mengingat ia masih menunggu keputusan Dewan Kehormatan Kwarcab Gunungkidul.


"Dari Kwarcab pertama perintahkan dewan kehormatan untuk klarifikasi dan memeriksa yang bersangkutan. Nanti dari mereka akan memberi rekomendasi dan pertimbangan ke ka Kwarcab untuk menentukan apa yang diberikan ke yang bersangkutan," ujarnya.

Sebelumnya, salah seorang Pembina Pramuka peserta KML Kwarcab Pramuka Kota Yogyakarta mengajarkan tepuk dan yel kepada para siswa di SD N Timuran, Kota Yogyakarta, Jumat (10/1). Peristiwa ini diungkap oleh salah seorang wali murid di sekolah tersebut yang berinisial K.

Menurut K, praktik KML itu awalnya berjalan normal. Namun tetiba muncul salah seorang Pembina Pramuka putri yang kemudian diketahui berasal Kabupaten Gunungkidul mengajarkan tepuk yang disematkan yel-yel 'Islam Yes, Kafir No'.

"Saya kaget karena di akhir tepuk kok ada yel-yel 'Islam Islam Yes, Kafir Kafir No'," terang K lewat pesan singkat kepada detikcom.


Mendengar itu, K langsung melayangkan protes ke pembina senior di SDN Timuran Kota Yogyakarta. Dia keberatan sebab materi yel-yel itu jelas mencederai kebhinnekaan.

"Spontan saya protes dengan salah satu pembina senior, saya menyampaikan keberatan dengan adanya tepuk itu, karena menurut saya itu mencemari kebhinekaan pramuka. Seketika pembina senior itu menyampaikan permintaan maaf, dan berjanji menyelesaikan dengan pembina terkait," sebutnya.

Sejumlah tokoh juga sudah angkat bicara terkait kasus ini. Salah seorang di antaranya, Ketua Komisi D DPRD Kota Yogyakarta Dwi Saryono. Komisi yang membidangi pendidikan itu minta pembina tersebut dimasukkan daftar hitam (blacklist) untuk mencegah kejadian serupa terulang.

Selain dicoret dari daftar, Dwi juga meminta Dispora Kota Yogyakarta meningkatkan pengawasannya terhadap kegiatan Pramuka di Yogyakarta. Dia juga mendesak pihak Kwarcab meminta maaf secara terbuka ke publik.


Ditemui di kesempatan terpisah, KH Mustofa Bisri atau Gus Mus juga menyampaikan keresahannya akan kasus ini.

"Ada keresahan luar biasa karena sekarang ini misalnya saya baca, sakit sekali kok ada ada Pramuka yel-yel 'Islam Yes Kafir No'. Itu wong mendem, sampai gitu," ucap Gus Mus.

Hal itu disampaikan Gus Mus usai menjadi pembicara dalam acara Dialog Kebangsaan "Merawat Persatuan, Menghargai Kebersamaan" di Auditorium Abdulkahar Mudzakkir Kampus terpadu UII Jalan Kaliurang KM 14,5 Dusun Besi, Desa Umbulmartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Selasa (14/1).

Menurut Gus Mus, orang yang mengajarkan yel-yel itu tidak paham agama. Sebab jika paham agama, sebaiknya bicara dengan cara yang disesuaikan dengan lawan bicaranya.

Ucapan kafir yang dilontarkan di depan anak-anak juga disebutnya sebagai kesalahan. Apalagi yel-yel itu diucapkan saat kegiatan Pramuka yang menurut Gus Mus tidak berkaitan sama sekali.

Ulama asal Rembang itu mengatakan kejadian ini merupakan akibat dari orang yang belajar agama dengan cara yang tidak benar. Dia juga meminta semua pihak agar tidak mengungkapkan sesuatu yang belum diketahuinya.

Gus Mus menekankan Tuhan menghendaki keberagaman. Sehingga orang beragama, lanjutnya, seharusnya menghargai keberagaman. Dia menyarankan jika ada yang merasa terbebani saat beragama, sebaiknya hijrah dengan berpindah ustaz.

"Kalau beragama menjadi berat, terbebani, hijrah! Pindah ustaz. Gitu, gampang. Kalau ada ustaz, ngajak kita berkelahi, hijrah. Ustaz (ada) banyak kok," tuturnya.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads